TEMPO.CO, Semarang - Penolakan diskusi bedah buku Tan Malaka, Revolusi Indonesia Jilid IV, yang diselenggarakan Komunitas Pegiat Sejarah (KPS), komunitas Hysteria, dan dukungan aktivis kritis Kota Semarang terus terjadi. Sekitar pukul 12.00 WIB, Senin, 17 Februari 2014, ratusan orang dari Masyarakat Peduli Nasib Bangsa menggeruduk sekretariat Hysteria di Jalan Stonen, tempat yang semula hendak digunakan untuk acara diskusi.
"Beliau (Tan Malaka) terlibat suatu gerakan dengan paham komunis. Kami menolak acara diskusi itu," kata Ketua Masyarakat Peduli Nasib Bangsa Sucipto saat mendatangi sekretariat Hysteria. (Baca juga: Ditentang, Panitia Diskusi Tan Malaka Kebingungan)
Menurut Sucipto, Tan Malaka pernah berkiprah pada masa Hindia Belanda di Komunis Internasional (Komintern). Fakta itu menjadi alasan Masyarakat Peduli Nasib Bangsa menolak diskusi buku Tan Malaka. "Apabila ada gagasan berbau komunisme, kami tetap berkeras melawan komunisme itu," Sucipto menambahkan.
Sucipto menyilakan diskusi tentang Tan Malaka, tapi hanya khusus di kalangan akademisi. Alasan yang ia sampaikan karena komunisme tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Adapun Yunantio Adi Setiawan, anggota Komunitas Pegiat Sejarah Semarang, menilai penolakan itu sebenarnya akibat sikap yang tidak tahu. "Mereka bilang Tan Malaka itu PKI. Padahal Tan Malaka yang menghabisi PKI di Madiun," kata Yunantyo.
EDI FAISOL
Berita lain:
Pemuda Pancasila Akui Tan Malaka Pahlawan
Panitia Diskusi Buku Tan Malaka Ajak PP Berembuk
Alasan Pemuda Pancasila Ancam Diskusi Tan Malaka
Pemuda Pancasila Ancam Bubarkan Diskusi Tan Malaka
Makam Palsu Tan Malaka Muncul di Selopanggung