TEMPO.CO, Jakarta - Tekad Akbar Tanjung, mantan Ketua Umum Partai Golkar, untuk maju sebagai calon wakil presiden terus mengundang polemik. "Partai Golkar ini isinya political animal. Golkar tak bisa jauh dari kekuasaan," kata pengamat politik Burhanuddin Muhtadi saat dihubungi, Kamis, 13 Maret 2014. (Baca: Golkar Anggap Wajar jika Akbar Tandjung Jadi Cawapres)
Burhanudin, merupakan dosen di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, melihat kecenderungan Partai Golkar yang tak bakal mengeluarkan calon tunggal dalam pemilihan presiden 2014. Sejak pemilihan presiden 2004, kata dia, elit Golkar tak seia sekata dalam mendukung calonnya meski sudah melalui konvensi atau rapat pimpinan. (Baca: Akbar: Pertemuan Ical-Mega Menjajaki Koalisi)
Pada pilpres 2004, Wiranto didapuk sebagai calon presiden dari hasil konvensi, mengalahkan Akbar Tanjung, Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, dan Surya Paloh. Namun, kata Burhan, Jusuf Kalla justru merapat ke Susilo Bambang Yudhoyono dan didukung gerbong Aburizal Bakrie, Agung Laksono, dan Surya Paloh.
Pada 2009, suara Golkar juga tak melejit dalam pilres. Bermodal 14,45 persen suara nasional, Golkar justru keok saat menduetkan Jusuf Kalla-Wiranto dengan hasil 12,41 persen. Kini, ada wacana Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tanjung dijadikan calon wakil presiden.
"Model lama Golkar adalah bertarung dengan model dobel track strategy," kata Burhan menyebut watak Partai Beringin. Sedangkan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie sudah dicalonkan menjadi calon presiden pada rapat pimpinan nasional. "Modus Golkar adalah memainkan berbagai skenario biar eksis ikut rombongan kekuasaan." (Baca: Akbar Tandjung Persilakan JK Nyapres di Luar Golkar)
Friksi internal Golkar disebut Burhan hidup kembali sejak Aburizal gagal menaikkan elektabilitas personalnya. Apalagi, dalam sejumlah survei, Golkar tertinggal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Jadi, kata Burhan, faksi-faksi yang menjadi kompetitor Aburizal seperti mendapat angin segar mencari skenario lain.
Skenario main dua kaki itu, ujar dia, adalah dengan memasangkan Akbar sebagai calon wakil presiden. "Sehingga, kalau kalah, Golkar tak akan terlempar dari kekuasaan." Kini, kata Burhanudin, Akbar, Ginandjar Kartasasmita, dan faksi lain sudah mulai menempel pada partai yang berpotensi menang dalam pemilihan umum tahun ini.
MUHAMMAD MUHYIDDIN