TEMPO.CO, Yogyakarta - Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Gunungkidul mengirim tim ke Surabaya untuk menelisik kasus temuan duit Rp 500 juta yang disertai berkas serta atribut calon legislatif dari Partai Amanat Nasional (PAN), Selasa, 15 April 2014. Sebelumnya pada pekan lalu, polisi melimpahkan kasus tersebut ke Panwaslu.
"Hari ini kami kirim tim ke Surabaya guna mengklarifikasi soal duit itu dari Pusdemham (Pusat Demokrasi dan Hak Asasi Manusia), selaku pihak yang disebut sebagai pemilik uang itu," kata staf Divisi Pengawasan Panwaslu Gunungkidul, Budi Haryanto, kepada Tempo, Selasa, 15 April 2014.
Pusdemham disebut bergerak dalam bidang jasa konsultan politik dan biasa menangani sejumlah survei pada beberapa konstelasi pemilu daerah di Jawa Timur.
Dalam pengusutan duit Rp 500 juta yang disita dari tiga orang kurir asal Surabaya di Rest Area Bunder Gunungkidul pekan lalu, Kepolisian Resor Gunungkidul menyatakan nama Pusdemham diperoleh dari keterangan seorang saksi berinisial E. E diketahui sebagai pengusaha percetakan asal Surabaya yang juga bos dari tiga kurir pembawa uang. Kepada polisi, E sempat mengaku uang sebanyak itu untuk membayar pelatihan relawan sebuah partai di Gunungkidul.
Budi menuturkan pengiriman tim ke Surabaya guna melacak kebenaran informasi ihwal asal-muasal duit dan peruntukannya yang sempat diduga kuat sebagai amunisi serangan fajar ketika pelaksanaaan pemilu. (Baca : 'E' Mengklaim Duit Setengah Miliar Beratribut PAN)
Dari berkas kasus yang diberikan kepolisian, Panwaslu sempat terperanjat karena ditemukan bukti nota penerimaan uang yang dibawa dengan dua karung besar hanya berupa sobekan kertas dengan tulisan balpoin. "Sangat tidak profesional sekali, hanya seperti catatan belanja," katanya.
Dalam sobekan kertas berukuran separo kertas kuarto itu juga tidak dicantumkan identitas pengirim dan penerima. "Hanya disebutkan besar nominalnya, serta sebuah kontak telepon penerima dan sebuah pin BlackBerry," ujarnya.
Saat dihubungi oleh Panwaslu, nomor telepon tersebut tidak pernah mendapat respons. "Kontak telepon dalam bukti penerimaan duit itu sampai sekarang belum bisa kami hubungi dan klarifikasi, masih misterius," ucapnya.
Panwaslu mengaku terpaksa ke Surabaya demi mengejar waktu dan segera mendapat kesimpulan soal temuan duit ini sebelum terbentur tenggat penuntasan kasus pemilu yang harus selesai Jumat, 18 April 2014.
Dalam temuan duit berbentuk pecahan Rp 5.000 dan 10.000 itu, sebelumnya polisi juga menemukan sejumlah berkas formulir calon legislatif asal PAN untuk DPR RI, Ahmad Hanafi Rais, serta caleg DPRD DIY dari PAN, Arief Setiadi. Hanafi dan Aroef kompak tidak datang saat dipanggil Panwaslu pada Senin, 14 April lalu. Panwaslu akhirnya melayangkan pemanggilan kedua pada Selasa, 15 April 2014, dengan lokasi pemeriksaan dipindah ke Bawaslu DIY.
Meski telepon selulernya tidak dimatikan, putra pendiri PAN, Ahmad Hanafi Rais, belum memberikan respons ihwal pemanggilan dirinya terkait dengan temuan duit itu. Sedangkan koleganya, Arief Setiadi, kepada Tempo menyatakan tetap bersedia hadir memberikan klarifikasi kepada Bawaslu DIY.
Arief masih bersikukuh bahwa ia tidak tahu-menahu soal temuan duit Rp 500 juta yang disertai atibut politik dengan namanya itu. Ia pun tak tahu ihwal keberadaan Pusdemham juga siapa penyewanya."Sekaliber saya, saya tidak tahu-menahu soal duit ataupun Pusdemham itu, tapi tetap saya klarifikasi tuduhan Panwaslu itu," kata Arief.
PRIBADI WICAKSONO
Berita Terpopuler
Siswa TK Internasional Diduga Alami Pelecehan
Modus Pelecehan Seksual Murid TK Internasional
Bocah Korban Pelecehan: Stop, Please Don't Do That