TEMPO.CO, Jakarta - Jocelyn Livia Kusuma tak menyangka riset sederhana tentang batang pepaya membuatnya menang dalam Internasional Conference for Young Scientist (ICYS) ke-21 di Beograd, Serbia, yang berlangsung pada 17-23 April 2014. Risetnya tentang ekstrak batang pepaya untuk mengatasi jamur kentang ternyata berhasil mengalahkan hasil penelitian para peserta lain dalam kompetisi yang diikuti 15 negara itu.
Jocelyn berhasil meraih emas untuk kategori ekologi. Menurut Jocelyn, hasil riset para peserta lain banyak yang bagus. "Juri memilih riset saya karena topiknya menarik, metodologinya sederhana dan tepat," kata Jocelyn yang baru tiba bersama rekan-rekannya di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Kamis, 24 April 2014.
Jocelyn mendapat ide risetnya itu dara rasa penasaran tentang bagaimana bisa menghilangkan jamur yang kerap menyerang umbi kentang. Jocelyn melihat banyak orang sudah mengkonsumsi kentang sebagai makanan utama. Namun banyak kentang yang rusak karena diserang jamur Phytophthora infestans. "Kalau sudah kena jamur itu, kentang biasanya rusak dan ukurannya menciut karena nutrisinya habis dihisap oleh jamur," kata Jocelyn yang kini duduk di kelas XI di Sekolah Menengah Atas Santa Laurensia, Tangerang.
Jocelyn mendapat solusi mengatasi serangan jamur kentang dengan memanfaatkan batang pepaya yang kerap dibuang begitu saja setelah ditebang. Dengan melakukan riset selama setahun, Jocelyn berhasil membuat ekstrak dari batang pepaya yang mampu mengatasi pertumbuhan jamur pada kentang. Ekstrak batang pepaya dibuatnya menjadi semacam sabun untuk mencuci kentang-kentang sebelum dikonsumsi. "Bisa juga dipakai untuk mencuci sayuran atau buah lain karena efektif untuk kentang, tapi perlu riset mendalam lagi untuk itu," kata Jocelyn.
Keberhasilannya meraih medali emas di ICYS berbuah manis. Jocelyn yang bercita-cita menjadi ahli nutrisi ini langsung mendapatkan tawaran beasiswa kuliah di Serbia dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di sana. Namun dia belum memutuskan apakah mengambil beasiswa itu atau tidak. "Masih pikir-pikir dulu karena saya anak tunggal jadi harus bicarakan lagi dengan ayah saya," kata Jocelyn sambil tertawa.
Ayah Jocelyn, Benny Kusuma, merasa bangga anaknya menang dalam kompetisi ilmiah internasional. Menurut dia, Jocelyn baru menekuni riset dalam dua tahun terakhir. "Dia selalu mencari yang unik dan saya senang ternyata hal sederhana yang ditelitinya diakui oleh dunia," kata Benny.
Adapun Universitas Surya yang memfasilitasi keberangkatan tim peneliti remaja ke ICYS 2014 sebenarnya telah menyediakan beasiswa kuliah bagi anggota kontingen. Namun pilihan melanjutkan sekolah menjadi keputusan masing-masing para anggota tim. "Kami memang menyediakan beasiswa tapi mereka yang memilih karena pasti ada tawaran beasiswa dari pihak lain," kata Syailendra Harahap, ketua tim dan dosen fisika di Universitas Surya.
Dalam kompetisi ICYS tahun ini, tim Indonesia yang berisi delapan peneliti remaja berhasil membawa pulang dua medali emas, dua medali perak, dua medali perunggu, satu penghargaan khusus, dan penghargaan poster ilmiah terbaik. Indonesia berhasil mempertahankan tradisi membawa pulang medali emas sejak 2009. Rekor terbanyak Indonesia adalah tujuh medali emas pada 2009. Belum ada negara lain yang berhasil mematahkan rekor Indonesia itu.
GABRIEL WAHYU TITIYOGA
Topik terhangat:
Hadi Poernomo | Pelecehan Siswa JIS | Kisruh PPP | Jokowi | Prabowo
Berita terpopuler:
Hadi Poernomo: Saya Menikahi Anak 'Wong Sugih'
Jokowi Nangis Gara-gara Jam Tangan
Akuisisi Batal, Dahlan: Saya Seolah Menteri Ngawur
Pelawak Oni dan Bekas Bupati Aceng ke Senayan