TEMPO.CO, Yogyakarta - Ratusan anggota Gerakan Pemuda Ansor Yogyakarta akan mengamanankan pemilu presiden, terutama di daerah rentan konflik dan gesekan antar-pendukung. "Pemilu ini kami kawal secara ketat, khususnya wilayah dapil (daerah pemilihan) 5 yang paling rentan gesekan pendukung," kata Ketua Gerakan Pemuda Ansor Kota Yogyakarta Ambar Anto kepada Tempo, Senin, 7 Juli 2014.
Daerah pemilihan 5 terdiri atas dua kecamatan, yakni Umbulharjo dan Kotagede. Namun, menurut Ambar, di dua kecamatan itu, terutama Umbulharjo, potensi ricuh antar-pendukung besar karena merupakan basis utama baik pendukung calon presiden Joko Widodo maupun Prabowo Subianto.
Baca Juga:
Pengamanan pilpres, baik dari potensi gesekan antar-pendukung maupun aksi politik uang, dilakukan selama empat hari, 6-10 Juli 2014. "Sejak Minggu malam, kami sudah dirikan posko pengamanan," kata Ambar yang juga Wakil Ketua Gerakan Pemuda Ansor Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dia menuturkan model pengamanan Ansor dilakukan dengan cara senyap, tidak secara vulgar. "Kami tak akan menggunakan seragam, tapi dengan bergerak ke kampung-kampung dan berkoordinasi dengan aparat keamanan," ujarnya. Pada satu TPS ditempatkan satu anggota Ansor. "Untuk mengawasi jalannya pemungutan suara."
Ansor pun membagi setidaknya 50 personel yang di tempatkan di TPS wilayah Umbulharjo dan 20 personel di TPS Kotagede. Sisanya bertugas mengawasi kawasan sekitar dua wilayah itu. "Total ada seratus personel untuk wilayah Kota Yogya saja yang padat pemilih," tuturnya.
Kepada Tempo, Wakil Kepala Kepolisian Kota Besar Yogyakarta Komisaris Polisi Iqbal Yudhi menuturkan kawasan yang menjadi prioritas pengamanan saat pilpres ini meliputi empat dari 14 kecamatan yang ada. Keempatnya yakni Umbulharjo, Jetis, Gondokusuman, dan Mantrijeron. Ancaman paling rentan adalah gesekan antar-pendukung. Personel kepolisian yang diturunkan sekitar 1.212 atau dua pertiga kekuatan. "Di empat kawasan itu kami tambah personel pengamanannya," katanya.
PRIBADI WICAKSONO