TEMPO.CO, Sleman - Ketua tim sukses pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Mahfud Md., tidak mencoblos di tempat pemungutan suara yang biasa ia gunakan. Ia bersama keluarga memilih menggunakan formulir A5 yang bisa digunakan untuk mencoblos di TPS lain.
"Ada delapan yang tidak mencoblos di sini, dia dan keluarganya," kata M. Supalar, Ketua Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) TPS 71 Sambilegi Lor, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Rabu, 9 Juli 2014.
Warga Sambilegi Lor lebih banyak yang memilih calon yang tidak didukung oleh Mahfud. Contohnya, saat Mahfud ditunjuk menjadi ketua tim sukses Prabowo-Hatta, masyarakat di desa itu justru membuat lomba bulutangkis bertajuk Piala Jokowi-Kalla. Bahkan lapangan untuk menghelat lomba tersebut hanya dipisahkan tembok dengan rumah Mahfud.
Menurut Ponimin, salah satu tetangga dan teman Mahfud, sebenarnya masyarakat Sambilegi ngeman atau menyayangkan keputusan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu. Dengan menjadi ketua tim sukses pasangan calon nomor urut satu itu, ia dinilai kagol atau sakit hati lantaran tidak jadi dicalonkan sebagai presiden oleh PKB. "Warga sebenarnya ngeman dia. Dia kayak orang kagol," kata Ponimin.
Hal yang sama diutarakan oleh Aldi Febrianto, tetangga Mahfud lainnya. Menurut dia, sebenarnya Mahfud hanya mencari panggung setelah tidak dicalonkan menjadi presiden oleh partai politik mana pun. Dia mengatakan Mahfud dan keluarganya sebenarnya tak perlu pindah TPS. Apalagi mayoritas warga di sekitar rumah dia tidak ada yang tahu tentang pilihan calon presiden mereka.
"Kalau yang sibuk kan Pak Mahfudnya. Kalau keluarganya tidak harus boyongan nyoblos di tempat lain. Apa itu tidak menghindari kami?" katanya. Namun, menurut Supalar yang juga Kepala Dukuh Sambilegi Lor, alasan kesibukan menjadi dasar Mahfud dan keluarga mencoblos di Jakarta.
MUH. SYAIFULLAH
Berita lainnya:
Gubernur Aceh Coblos di Pidie, Wagub di Banda Aceh
Megawati: Semut Menang Lawan Gajah
Bagikan Kartu Sehat, Ketua KPPS Ditangkap