TEMPO.CO , Jakarta - Peneliti Lingkar Survei Indonesia, Adjie Alfaraby, menilai kekalahan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menurut quick count dari tujuh lembaga survei menunjukkan mesin partai tidak solid. Indikasi kerapuhan terasa di level akar rumput.
"Meskipun banyak partai politik berkumpul, tetapi tidak solid karena suara kader di daerah tidak paralel dengan elite," ujar Adjie kepada Tempo, Kamis, 10 Juli 2014. (Baca: Jokowi dan Prabowo sama-sama Klaim Menang)
Basis kekuatan utama, dia mengatakan, terkonsentrasi di Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Golongan Karya. Namun, terbukti dari survei yang dilakukan oleh LSI pada Juni hingga Juli menunjukkan dukungan kader terbelah. Golkar, yang semestinya menjadi suara potensial, terbelah karena faktor Jusuf Kalla.
Adjie menilai kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla di daerah timur Indonesia tidak dapat dilepaskan dari figur JK. Ia menilai sosok JK tidak dapat dilepaskan dari Golkar. "Inilah yang membuat Golkar tidak solid," ujar Adjie. (Baca: Prabowo dan Jokowi Klaim Menang, Pasar Stagnan)
Dukungan Partai Demokrat sebagai gerbong terakhir, Adjie mengatakan, kurang signifikan sebab Susilo Bambang Yudhoyono malu-malu mendukung Prabowo-Hatta. Demokrat masih identik dengan SBY. (Baca: SBY Minta Prabowo-Hatta Cegah Konflik Horizontal)
"Masyarakat melihat SBY adalah Demokrat, sementara sikap elite Demokrat tidak paralel dengan sikap SBY," kata dia. Dinamika Demokrat ini tidak menguntungkan bagi Prabowo-Hatta karena masyarakat yang kebingungan akan memilih Jokowi-JK.
DINI PRAMITA
Terpopuler:
Jokowi Menang, Indeks Bisa Tembus 5.200
Hidayat: Investor Cemas Hasil Pemilu Beda Tipis
Saat Pensiun, Djoko Kirmanto Akan Ternak Lele