TEMPO.CO, Slawi -Gerimis abu bercampur pasir dari puncak kawah Gunung Slamet mengguyur sebagian wilayah Kabupaten Tegal dan Brebes, Jawa Tengah, pada Rabu malam, 10 September 2014.
Di Tegal, gerimis abu terjadi di Dukuh Sawangan, Desa Sigedong, Kecamatan Bumijawa, sekitar 4,5 dari puncak Gunung Slamet. Di Brebes, gerimis abu terjadi di sebagian wilayah Desa Dawuhan, Kecamatan Sirampog, sekitar sembilan kilometer dari puncak Gunung Slamet.
Baca Juga:
Kedua desa itu terletak di barat laut Gunung Slamet. "Gerimis abu tipis dan butir-butir pasir hitam itu terpantau sejak sore. Malamnya ditambah angin cukup kencang," kata Pembina Setia Budi Pecinta Alam (Stapala) Brebes, Fauzan, kepada Tempo.
Para pengamat gunung api dari Pos Pengamatan Gunung Slamet, Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, yang kebetulan melakukan pemantauan aktivitas vulkanis di Dukuh Sawangan pada Rabu malam langsung berinisiatif membagikan sekitar 50 masker.
"Pembagian masker itu spontan, tidak diagendakan sebelumnya. Kebetulan bawa dua boks masker, semua dibagikan kepada warga," ujar Fauzan yang beberapa kali mendampingi para pengamat Gunung Slamet di Dukuh Sawangan.
Tidak lama berselang, sekitar pukul 22.00 WIB, sejumlah anggota Komando Distrik Militer 0712/Tegal juga membagi-bagikan masker kepada warga Dukuh Sawangan. Meski diguyur gerimis abu, warga di dua desa itu tetap berkerumun di jalan-jalan demi menyaksikan lontaran lava pijar di puncak kawah Gunung Slamet.
Ketua Pos Pengamat Gunung Slamet, Sudrajat, mengatakan, antusiasme warga mengamati perkembangan aktivitas vulkanis Gunung Slamet kali ini cukup tinggi. "Tiap malam warga berkerumun di persimpangan-persimpangan jalan desa. Mereka menyebut lontaran lava pijar itu kembang api," kata Sudrajat pada dini hari tadi.
Selain karena lontaran lava pijar di puncak kawah, Sudrajat berujar, keras dan seringnya suara dentuman juga menyita perhatian warga yang semula tidak terlalu terpengaruh dengan naiknya status Gunung Slamet menjadi siaga atau dua level di atas normal sejak 12 Agustus lalu.
Dari pengamatan Tempo, kerasnya suara dentuman itu berkali-kali menggetarkan kaca Pos Pengamatan Gunung Slamet di Desa Gambuhan, Pemalang, sejak Rabu malam hingga dini hari tadi. Padahal, pos di utara Gunung Slamet itu berjarak sekitar 9,5 kilometer dari puncak.
Selain menggetarkan kaca, kerasnya dentuman itu juga menggoyang tenda milik TNI yang didirikan di halaman Pos Pengamatan. Tenda beralas tikar itu adalah tempat menginap bagi relawan dan jurnalis dari sejumlah media yang meliput perkembangan aktivitas Gunung Slamet.
DINDA LEO LISTY