TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Bank Indonesia, Peter Jacobs, mengatakan saat ini bank sentral tengah menggalakkan "Gerakan Cinta Rupiah". "Untuk mendorong masyarakat yang memegang dolar Amerika menukarkannya menjadi rupiah," katanya kepada Tempo, Rabu, 17 Desember 2014.
Aksi "Gerakan Cinta Rupiah", kata Peter, dilakukan melalui iklan di televisi dan media cetak. Di televisi, BI membuat tayangan tentang seseorang yang hendak membayar makanan di sebuah restoran menggunakan uang dolar Amerika. Namun kasir restoran itu menolak dan meminta si pembeli membayar dengan rupiah. (Baca: Pelemahan Rupiah Lebih Parah dari 2008.)
Menurut Peter, iklan tersebut bisa mengarahkan masyarakat untuk mencintai rupiah. "Kami juga meminta masyarakat agar menggunakan rupiah dalam transaksi dalam jumlah besar." (Baca: Strategi Jokowi Atasi Pelemahan Rupiah.)
Peter menjelaskan "Gerakan Cinta Rupiah" merupakan tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Transaksi di Indonesia. Sebab, kata Peter, di perbatasan Indonesia kerap terjadi transaksi menggunakan dolar dan mata uang asing lain seperti ringgit. (Baca: Cara Memanfaatkan Pelemahan Rupiah ala JK.)
Namun Peter menampik jika "Gerakan Cinta Rupiah" baru berjalan saat kurs tengah lesu. "Itu cuma kebetulan. Kami melakukan ini untuk menindaklanjuti undang-undang, bukan karena rupiah melemah," katanya.
Kampanye cinta rupiah pernah mengemuka pada 1997-1998 saat Indonesia dilanda krisis moneter. Selain jargon pemerintah, saat itu bahkan ada lagu anak-anak berjudul Aku Cinta Rupiah dan Krismon yang dinyanyikan oleh Cindy Cenora. Lagu itu mendorong masyarakat untuk menukar dolar demi mendorong rupiah yang tengah terperosok.
PERSIANA GALIH
Berita Terpopuler
Ahok Umrahkan Marbot, Ini Reaksi FPI
Beda Gaya Jokowi dan SBY di Sebatik
Wajah Ical Lenyap dari Markas Golkar