TEMPO.CO, Jakarta - PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III akan menambah kapasitas curah kering sebesar 5 juta ton per tahun di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Pembangunan fasilitas curah kering di Terminal Teluk Lamong ini dibangun di atas lahan seluas 10 hektare dengan nilai investasi US$ 87 juta atau sekitar Rp 1,1 triliun.
Direktur Utama Pelindo III Djarwo Surjanto mengatakan terminal curah kering itu akan memuat 9 unit silo dan 3 unit yang dapat menampung 200 ribu ton curah kering. "Ini akan menjadi terminal curah kering terbesar, termodern, dan ramah lingkungan di Indonesia," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa, 10 Februari 2015.
Silo dan warehouse akan didukung oleh dermaga sepanjang 250 meter, 2 unit grab ship unloader--alat berat untuk memindahkan muatan curah kering dari kapal ke konveyor, dan konveyor yang menghubungkan dermaga dengan silo dan warehouse.
Untuk pembangunan dermaga, Pelindo III menginvestasikan dana sekitar US$ 47 juta atau Rp 596 miliar yang mencakup pengadaan 2 unit grab ship unloader senilai US$ 20 juta, pembangunan dermaga US$ 12 juta, dan pembangunan konveyor US$ 15 juta. "Pembangunan dermaga diharapkan akan selesai dalam delapan bulan ke depan," tutur Djarwo.
Dermaga curah kering akan didukung oleh dua unit grab ship unloader, yang diperkirakan akan tiba di Terminal Teluk Lamong pada Mei 2015. Rencananya, alat-alat itu akan ditempatkan di dermaga peti kemas internasional untuk sementara, sambil menunggu proses uji coba dan pembangunan dermaga selesai.
Direktur Utama PT Terminal Teluk Lamong Prasetyadi mengatakan curah kering yang dilayani di Terminal Teluk Lamong kelak hanya berupa makanan, pertanian, dan biji-bijian (food and feed grain). "Komoditas dapat berupa jagung, kedelai, gandum, kacang-kacangan, dan beberapa komoditas lain," ujarnya.
ARTIKA RACHMI FARMITA