TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Sekolah SMA 29 Jakarta Ratna Budiarta geram. Dia tidak terima nama sekolahnya tercantum dalam pamflet acara pesta bikini Splash After Class yang diselenggarakan Divine Production. Apalagi tiga siswanya diketahui terekam dalam video promosi acara tersebut.
"Kami keberatan akan hal itu," kata Ratna, Selasa, 28 April 2015. Menurut Ratna, penyelenggara pesta bikini sudah melakukan kesalahan karena mencantumkan nama sekolahnya tanpa izin dan melibatkan siswa SMA dalam kegiatan tersebut. "Itu hal yang tidak mungkin dilakukan di sekolah kami," ucapnya.
Apalagi tiga siswanya ada di dalam sebuah rekaman video yang dibuat Divine. Ratna mengaku sudah meminta klarifikasi kepada siswa yang terlibat itu. "Keterangan mereka, mereka tak tahu kalau akan promosikan acara semacam itu," ujarnya.
Ratna menuturkan siswanya cuma diberi tahu bahwa pembuatan rekaman video itu untuk membantu mempromosikan sekolah mereka. Dengan iming-iming tersebut, tiga siswi itu tak keberatan.
Hal itu pun, kata Ratna, menjadi kesalahan kedua pihak event organizer pesta bikini. Ratna mengatakan hal tersebut tidak pantas dilakukan tanpa izin sekolah. Apalagi video promosi pesta itu dibuat di area sekolah. "Ini kan untuk komersial. Melibatkan anak-anak pula," ujarnya. "Berbisnis boleh, tapi harus tahu aturan."
Acara pesta bikini ini menjadi kontroversi karena dilakukan dengan mencantumkan sejumlah nama sekolah. Padahal sekolah-sekolah tersebut tak pernah mengetahui. Divine menyebut mereka bekerja sama dengan sejumlah siswa dari sekolah-sekolah yang disebut mendukung acara itu.
Atas hal tersebut, Ratna menuntut pihak EO meminta maaf secara terbuka di berbagai media. "Kami ingin sekolah kami dikembalikan nama baiknya," tuturnya. Menurut dia, hal tersebut lebih penting dibanding mereka meminta maaf secara personal ke sekolah-sekolah. "Yang perlu tahu kebenaran itu masyarakat. Masyarakat harus tahu bahwa sekolah kami tak terlibat."
NINIS CHAIRUNNISA