TEMPO.CO, Cirebon -Sekalipun hanya gunakan satu dermaga, PT Pelindo II Pelabuhan Cirebon menjamin pasokan batu bara tidak akan terganggu. Proses bongkar batu bara pun dilakukan 24 jam. Hal tersebut diungkapkan Manajer Operasioal PT Pelindo II Pelabuhan Cirebon, Yossianus Marciano, Rabu 6 Januari 2015. “Sekalipun hanya dioperasikan 1 dermaga, tapi pasokan batu bara ke daerah lain tidak akan terganggu,” kata Yossi. Dijelaskan Yossi, dari 7 dermaga yang ada di Pelabuhan Cirebon, ada 6 dermaga yang dioperasikan untuk bongkar batu bara.
Namun setelah adanya surat dari Dirjen Perhubungan Laut yang ditujukan ke PT Pelindo II Pelabuhan Cirebon dan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) dengan nomor AL 303/1/20 PHB 2015 tertanggal 30 Desember 2015 yang hanya memperbolehkan 1 dermaga untuk proses bongkar batu bara. Yaitu dermaga Muara Jati 1. Posisi dermaga Muara Jati 1 berada paling jauh dari pemukiman penduduk.
Dijelaskan Yossi, dermaga Muara Jati 1 memang hanya bisa menampung hingga 3 kapal tongkang pengangkut batu bara. Ini berbeda dengan saat dioperasikannya 5 dermaga lainnya sehingga bisa menampung lebih dari 6 tongkang batu bara. “Namun bongkar batu bara saat ini kami efektifkan,” kata Yossi. Diantaranya dengan membatasi waktu sandar tongkang batu bara maksimal hanya 2,5 hari saja. Padahal sebelumnya 1 tongkang bisa bersandar di dermaga hingga 5 hari.
Selain itu jam operasional pun berubah menjadi 24 jam. Padahal sebelumnya proses bongkar batu bara hanya dilakukan hingga pukul 22.00 WIB. Proses bongkar 24 jam ini sudah dilakukan Pelabuhan Cirebon sejak November lalu. “Selain itu bongkar yang dilakukan malam hari bisa meminimalkan debu. Karena angin yang bertiup dari darat menuju laut,” kata Yossi.
Dengan berbagai langkah yang dilakukan, maka proses bongkar batu bara di Pelabuhan Cirebon pun kini menjadi lebih cepat. “Biasanya sebulan hanya bongkar dari 40 tongkang. Tapi sekarang sudah bisa hingga 60 tongkang,” kata Yossi. Sehingga sekalipun hanya difungsikan 1 dermaga, namun pasokan batu bara ke sejumlah pabrik tidak akan terganggu.
Batu bara yang bongkar di Pelabuhan Cirebon sebagian besar berasal dari Kalimantan. Batu bara tersebut digunakan untuk bahan bakar pabrik di sejumlah daerah baik di Bandung, wilayah Cirebon dan sekitarnya, Jakarta dan Banten, hingga Jawa Tengah.
Sementara itu Kasi Kesyahbandaran KSOP Cirebon, Dani Djaelani, mengungkapkan sebelum adanya surat dari Dirjen Perhubungan Laut tersebut pihaknya pun sudah melarang proses bongkar batu bara di dermaga lainnya. “Hanya di dermaga Muara Jati 1,” kata Dani. Pertimbangannya karena dermaga tersebut yang paling jauh dari pemukiman penduduk.
Selain itu, pihaknya pun telah menyuntikkan cairan kimia pada batu bara. Tujuannya untuk meminimalkan debu yang berterbangan hingga jauh ke pemukiman penduduk. Dengan berbagai langkah yang sudah dilakukan, Dani pun berharap dampak aktivitas bongkar batu bara di Pelabuhan Cirebon bisa diminimalkan. Sedangkan dalam jangka panjang, perlu dicari solusi untuk proses bongkar batu bara yang aman di Pelabuhan Cirebon. Khususnya karena saat ini Pelabuhan Cirebon akan segera dikembangkan.
IVANSYAH