TEMPO.CO, Jakarta - Chief Executive Officer Teknopreneur Indonesia Adie Marzuki mengatakan aplikasi buatan Indonesia belum menemukan momentum untuk mengambil alih dominasi dari aplikasi yang sudah familiar.
"Kita punya aplikasi yang tidak kalah kelasnya seperti BlackBerry Messenger, WhatsApp, tapi momentum untuk ambil alih sedikit sulit karena masyarakat sudah telanjur menggunakan aplikasi luar," kata Adie dalam acara Mobile Developers Gathering di Binus University International, Jakarta, Sabtu, 23 Januari 2016.
Adie mengungkapkan Indonesia menjadi pasar yang menggiurkan dan hanya menjadi penyumbang bagi pengembang aplikasi global. "Bayangkan Rp 14 triliun per tahun keluar hanya dari aplikasi mobile," ucapnya.
Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna Facebook di Indonesia menyumbang US$ 500 juta. Sementara pengguna Twitter menyumbang US$ 180 juta, dan aplikasi lainnya sebesar US$ 500 juta termasuk Linkedin yang mencapai US$ 90 juta.
Untuk memberi kesempatan aplikasi lokal berkembang, Teknopreneur Indonesia bersama APJII, Masyarakat Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI), dan Klik Indonesia, sudah membentuk kegiatan yang disebut Liga Digital Indonesia sejak 2015.
"Liga Digital mengkompetisikan aplikasi buatan developer lokal. Penilaian bukan dari juri melainkan dari penggunanya," ungkap Adie, yang juga merangkap sebagai Ketua Liga Digital Indonesia.
Adie berujar kegiatan tersebut juga sebagai salah satu cara untuk membentuk ekosistem digital. Hal ini agar mendorong sektor aplikasi mobile menjadi industri yang matang.
FRISKI RIANA