TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan telepon seluler BlackBerry menyatakan pihaknya terpaksa merumahkan sekitar 200 karyawannya, sebagai dampak dari penghematan biaya operasional perusahaan, di kantor pusat Waterloo, Kanada, dan Sunrise, Florida, Amerika Serikat.
Penghematan biaya operasional tersebut dilakukan walapun tahun lalu BlackBerry sudah berhasil mengembalikan sebagian pasarnya, yang sempat kalah saing dengan pasar Android. “Kami terpaksa mereduksi sebagian kecil karyawan di Waterloo dan Sunrise,” ujar BlackBerry dalam pernyataan resminya, Jumat, 5 Februari 2016.
Sumber lain mengatakan penghematan ini akan terus berlanjut. Bahkan, kabarnya 35 persen operasional perusahaan BlackBerry di Waterloo terancam dipangkas. Sehingga, kemungkinan bisa berdampak pada pemecatan sekitar 1.000 karyawannya.
“Kami berfokus untuk melanjutkan rencana efisiensi kami di seluruh jaringan global,” kata BlackBerry. Ini berarti perusahaan akan mencari alternatif lain untuk kapitalisasi modal dan membuka kesempatan tumbuh demi keberlanjutan profit bisnis.
BlackBerry perlahan mengurangi jumlah karyawannya dalam kurun beberapa tahun terakhir, setelah kehilangan posisinya di pasar ponsel cerdas, digeser oleh Apple iPhone dan sistem Android milik Google.
Keuntungan BlackBerry akhir-akhir ini sangat bergantung pada fokus pengembangan perangkat lunak (software), tidak lagi mengandalkan perangkat keras (hardware). Hal ini yang kemudian membuat BlackBerry menambah porsi software lebih besar dalam bisnisnya.
Perusahaan mengucapkan terima kasih kepada karyawan yang selama ini telah berkontribusi maksimal dengan komitmen tinggi. “Untuk karyawan yang harus meninggalkan perusahaan, kami yakin kalian telah melakukan yang terbaik.”
INTERNATIONAL BUSINESS TIMES | GHOIDA RAHMAH