TEMPO.CO, Los Angeles - Majalah dewasa terkenal asal Amerika Serikat, Playboy, akhirnya mengumumkan penerbitan edisi cetak pertama yang tidak menampilkan model bugil. Hal tersebut disampaikan pihak manajemen pada Kamis yang disertakan dengan gambar model untuk edisi Maretnya tersebut melalui akun Twitter resmi milik perusahaan.
"Menyapa era baru," kicau Playboy pada akun resmi Twitter miliknya, seperti yang dilansir USA Today pada 4 Februari 2016.
Sang model yang akan menjadi pengisi cover majalah tersebut adalah Sarah McDaniel, seorang bintang sosial media. Dia berpose setengah bugil dengan hanya mengenakan bikini yang seksi.
Gaya posenya terlihat seperti gadis remaja berbanyakan yang berselfie untuk Snapchat. Dia membungkuk ke arah kamera dengan satu tangannya seakan sedang memegang kamera dengan lampiran kata-kata provokatif: "heyyy;)".
"Idenya adalah untuk melihat saya dari sudut pandang pacar saya," kata McDaniel dalam sebuah pernyataan.
Pihak Playboy mengatakan cover edisi pertamanya yang tidak memuat gambar bugil tersebut dimaksudkan untuk menciptakan "pengalaman yang lebih intim" bagi pembaca.
Dalam edisi Maret tersebut, nantinya majalah yang telah berusia lebih dari enam dekade juga akan memuat gambar-gambar dari Myla Dalbesio, yang juga terlihat seakan tengah berselfie.
Tampilan baru ini mirip dengan strategi digital Playboy selama beberapa tahun terakhir. Pada 2013, aplikasi Playboy disebut-sebut sebagai versi majalah yang lebih ramah-karya dengan "artikel terbaik" dan gambar anti bugil.
Hal itu dimaksudkan untuk menargetkan pelanggan yang segar dan lebih muda, tapi masih laki-laki, salah satu yang menghargai bukan hanya foto-foto sugestif, tapi juga tradisi majalah yang tetap memuat jurnalisme sastra dan fiksi.
Playboy sendiri mengumumkan untuk berhenti menerbitkan gambar-gambar model telanjang sejak Oktober 2015 lalu. Hal itu disampaikan direktur eksekutif perusahaan Scott Flanders dalam artikel di harian New York Times pada Senin, 12 Oktober 2015.
Pernyataan dari CEO Playboy Enterprise tersebut disampaikan setelah berkonsultasi dengan pendiri majalah yang dikecam kehadirannya di Indonesia itu, Hugh Hefner.
Flanders menceritakan, pertemuan bulan lalu antara Hefner 89 dan Cory Jones, kepala petugas konten perusahaan, menyepakati bahwa era erotika percetakan sudah tidak efektif dan telah berakhir.Konsensus di antara eksekutif majalah yang telah berusia 62 tahun tersebut adalah Internet telah memuaskan permintaan pelanggan untuk pencetakan gambar eksplisit.
Pihak manajemen melaporkan bahwa sirkulasi Playboy telah menurun dari 5,6 juta pada 1975 menjadi sekitar 800 ribu pada tahun 2015. Edisi cetak AS kehilangan sekitar US$ 3 juta per tahun.
USA TODAY|NEW YORK POST|YON DEMA