TEMPO.CO, Depok - Kepala Kepolisian Resor Kota Depok Komisaris Besar Dwiyono mengatakan Januar Arifin, tersangka penculik dan pembunuh bocah kelas I Sekolah Dasar Negeri Beji 3, Jamaludin, telah mengetahui keseharian korban. Jamaludin diiming-imingi duit Rp 2.000 untuk main PlayStation di dekat rumahnya.
"Tersangka tahu Jamaludin suka main PS dan mengiming-imingi korbannya dengan duit Rp 2.000," ucap Dwiyono, Minggu, 7 Februari 2015.
Menurut Dwiyono, korban dan tersangka sudah saling mengenal, sehingga diiming-imingi dengan satu lembar Rp 2.000 pun Jamaludin mau ikut. Tersangka, ujar Dwiyono, rutin mendekati Jamaludin dan mengajaknya mengobrol. "Keseringan memang mendekati untuk main PS," tuturnya.
Dwiyono menjelaskan, Januar masih berkelit saat diinterogasi polisi. Januar pun tidak mengakui perbuatannya. Padahal jasad Jamaludin ditemukan tewas dalam keadaan tertelungkup di kamar mandi rumah Januar di Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.
"Kami akan libatkan ahli psikologi forensik untuk mengungkap motif tersangka," katanya.
Jamaludin diculik Januar saat korban pulang sekolah pada Sabtu, 6 Februari 2016. Januar membawa Jamaludin dengan alasan akan dibawa pulang ke rumah korban di Beji. Namun tersangka membawa korban ke rumahnya. "Masih diselidiki motif pembunuhannya," ujarnya.
Januar digerebek di kediamannya karena diduga menculik Jamaludin. Jubaedah, ibu Jamaludin, mengetahui anaknya hilang setelah mendapat pesan singkat dari pelaku yang meminta uang tebusan. Jubaedah kemudian meminta Neneng Nur Hamidah, anak pertamanya, melapor ke Kepolisian Sektor Beji.
Polisi kemudian menelusuri jejak pelaku. Hasil penelusuran itu membawa polisi ke sebuah rumah di Jalan Al-Baidho 1, Lubang Buaya, Jakarta Timur, pada Minggu, 7 Februari 2015. Di sana, polisi menangkap Januar. Sedangkan Jamaludin ditemukan tak bernyawa di kamar mandi.
IMAM HAMDI