TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengatakan pemerintah tak akan memberi toleransi terhadap peredaran minuman keras di Jakarta. "Kemarin soal (kecelakaan) Fortuner, kami akan sosialisasi di Kalijodo. Kalau bermasalah, akan dibereskan habis," ujar Ahok seusai Peresmian 10 Ruang Terbuka Hijau dan Taman Reformasi di Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Selasa, 9 Februari 2016.
Wilayah Kalijodo, Angke, Jakarta Barat, pernah dipermasalahkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tahun lalu karena maraknya lokalisasi dan distribusi minuman keras. Hal ini kini dikaitkan dengan kecelakaan maut yang menewaskan empat orang di Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, Senin, 8 Februari 2016.
Senin itu, sebuah mobil Toyota Fortuner dengan nomor B-210-RFD yang dikemudikan Ricky Agung Prasetya terlibat kecelakaan lalu lintas. Ricky diketahui dalam pengaruh minuman beralkohol.
Sebelumnya, Ricky bersama delapan orang rekannya berkaraoke di Cafe Aldi, di kawasan Kalijodo. Sepulang dari tempat hiburan, mobil yang dikemudikannya menabrak sebuah motor Yamaha Mio yang ditunggangi Zulkahfi Rahman dan istrinya Nuraini.
Mobil yang oleng ke kiri setelah menabrak pun menubruk tiang rambu lalu lintas hingga patah. Selanjutnya mobil berputar, terguling, dan bagian belakangnya membentur tiang listrik. Mobil terhenti dengan kondisi miring 90 derajat ke kiri.
Selain Zulkahfi dan Nuraini, dua rekan Ricky yang berada di dalam mobil bernama Evi Riani dan Tatang menjadi korban. Ricky pun ditetapkan sebagai tersangka dengan Pasal 310 ayat 4 Undang-Undang tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Ancaman hukumannya 6 tahun penjara.
Lokalisasi Kalijodo terletak di pinggir Kanal Banjir Barat. Rumah-rumah semipermanen di wilayah tersebut biasa digunakan para lelaki hidung belang untuk berkencan. Sejumlah wisma malah difungsikan sebagai diskotek yang menjual minuman keras.
Ketika masih menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahok sempat mengaku akan menggusur Kalijodo meski mendapat penolakan warga. Menurut Ahok, lokalisasi Kalijodo yang terletak di antara batas Jakarta Utara dan Jakarta Barat itu kerap digusur petugas. Namun, setelah digusur, warga lokal masih kembali ke sana.
YOHANES PASKALIS