TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter Bank Indonesia Juda Agung memperkirakan tingkat inflasi tahun ini 4 persen dan diprediksi terus turun menjadi 3,5 persen pada 2018. “Dari sisi inflasi inti, perkembangan 10 tahun terakhir terus turun ke arah 4 persen,” katanya di Gedung BI, Jakarta, Selasa, 9 Februari 2016.
Menurut Juda, sektor logistik masih menjadi salah satu penentu tingkat inflasi, terutama di daerah. Gejolak harga pangan dan biaya administrasi juga mempengaruhi tingkat inflasi. Namun, ia menambahkan, telah ada program dari pemerintah untuk menekan biaya logistik, seperti tol laut dan angkutan khusus ternak.
Juda menilai pengendalian inflasi tidak hanya dilakukan dengan memperbaiki logistik atau distribusi pangan, tapi juga dari sisi produksi, yang harus lebih efektif dan efisien. Misalnya, pemerintah pun harus memperhatikan luas dan kualitas lahan serta bibit untuk memproduksi padi.
Ia menambahkan, pengendalian inflasi tidak hanya menjadi wewenang BI. Daerah juga berperan melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Bank sentral berperan memfasilitasi koordinasi dengan daerah. “Apalagi pencapaian inflasi dijadikan salah satu ukuran kinerja pemerintah daerah,” tuturnya.
Survei pemantauan harga pada pekan pertama Februari menunjukkan angka deflasi minus 0,14 persen. Juda mengatakan deflasi didorong volatilitas harga makanan yang sudah turun. Tahun ini BI fokus pada upaya menekan inflasi dari volatilitas harga pangan.
DANANG FIRMANTO