TEMPO.CO, Ansan - Menambah deretan panjang paguyuban masyarakat Indonesia di Korea, pada 8 Februari 2016 lahir lagi Komunitas Anak Wonosobo atau disingkat Komawo. Dengan 130-an anggota, mereka bertekad untuk membantu pembangunan Wonosobo.
Bertempat di sebuah kafe di Kota Ansan, Korea Selatan, Komawo dideklarasikan di depan para pejabat Kedutaan Besar RI (KBRI) Seoul. Suasana sangat meriah, Tari Lengger asal Wonosobo ditampilkan, hadir juga kelompok band dangdut dengan beberapa penyanyi yang semlohei.
Baca Juga:
Tidak tanggung-tanggung, sewa ruangan saja kalau dirupiahkan sebesar Rp 3 juta, konsumsi Rp 15 juta dan sewa band Rp 12 juta. Bukan hanya itu, para pesertanya menggunakan jaket sama dengan suguhan awal teh kotak made in Indonesia. Semua ditanggung para Tenaga Kerja Indonesia asal Wonosobo itu. Wuih.
Menurut Wawan, Ketua Komunitas, Komawo didirikan untuk belajar berorganisasi, bekerjasama dan berbagi. Cita-cita besarnya adalah memberikan bantuan pendidikan kepada anak yatim di Wonosobo melalui deposito organisasi.
"Saat ini, organisasi ini baru punya dana sekitar Rp 60 juta dari iuran sebagian anggota atau Rp 200 ribu sebulan per-orang. Diharapkan di masa datang, kontribusi anggota menjadi lebih luas sehingga target bisa terealisir segera," ujar Wawan.
Dalam sambutannya mewakili Duta Besar RI untuk Korea Selatan John A Prastetio, Koordinator Pelindungan WNI KBRI Seoul, M Aji Surya menekankan agar primordialisme Wonosobo harus berimplikasi positif. Selain itu, organisasi harus mampu menjauhkan anggotanya dari paham-paham ekstrim yang membahayakan.
Acara yang dihelat di Tahun Baru Imlek itu dihadiri hampir semua anggota yang datang dari seluruh penjuru Korea. Ketika kata Komawo diteriakkan maka para anggota sontak berteriak, "Salam kompak. Salam tempe kemul." Maklumlah, Wonosobo terkenal dengan penganan tempe yang digoreng dengan selimut (kemul, bahasa Jawa) tepung.
NATALIA SANTI