TEMPO.CO, Malang - Pilot pesawat latih TNI Angkatan Udara jenis Super Tucano dipastikan tewas dalam kecelakaan yang terjadi Rabu, 10 Februari 2016. Pesawat itu tiba-tiba menukik dan jatuh hingga menimpa dua rumah, serta menewaskan dua penghuninya.
Kepala Penerangan dan Perpustakaan Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh Mayor Hamdi Londong Alu mengatakan pilot pesawat Mayor Ivy Safatillah ditemukan tewas di persawahan, Kelurahan Tunjungsekar, Kota Malang. "Jenazah disemayamkan di Rumah Sakit Munid Lanud Abdulrachman Saleh," katanya.
Hingga kini, juru mesin udara, Sersan Mayor Syaiful Arief Rakhman, masih dalam proses pencarian. Petugas melakukan pencarian menggunakan helikopter. "Masih dicari, belum ada kejelasan," tuturnya.
Hamdi menjelaskan, Super Tucano merupakan pesawat tempur taktis yang digunakan untuk serangan udara. Fungsinya sebagai bantuan tempur udara.
Pesawat produksi pabrikan pesawat Embraer Defense and Security Brazil ini menggantikan OV 10 Bronco buatan Amerika Serikat yang beroperasi sejak 1976. Pesawat Super Tucano berkemampuan counter insurgency operation (COIN) dan close air support.
Pesawat baru itu mengangkut senjata ringan yang menjadikannya sebagai pesawat serang antigerilya. Totalnya, TNI Angkatan Udara membeli 16 unit Super Tucano senilai USD 143 juta atau sekitar Rp 1,3 triliun.
Pesawat berwarna dasar loreng abu-abu dengan lukisan moncong atau cocor hiu berwarna merah. Warna dan lukisan pesawat sesuai dengan tradisi skadron, yang awalnya diperkuat dengan pesawat Mustang P 51. Pesawat diterbangkan langsung dari Brasil dengan jarak tempuh 54 jam 35 menit.
EKO WIDIANTO