TEMPO.CO, Surabaya - Puluhan pelajar di Kota Surabaya menggelar aksi damai tentang penolakan hari Valentine atau hari kasih sayang di Taman Bungkul, Surabaya, Kamis, 11 Februari 2016. Alasannya, Hari Valentine itu merupakan budaya non-muslim, yang dinilai lebih banyak mengarah kepada kemaksiatan.
Dalam aksinya itu, pelajar yang berasal dari SMA Mujahidin ini membentangkan spanduk besar bertuliskan: "I’m Muslim and I say no to valentine’s day". Mereka juga membawa poster kecil dari kertas yang mereka kalungkan di lehernya, kertas itu bertuliskan "Haram, Merayakan Valentine", "Valentine's Day Jalan Tol Menuju Seks Bebas", serta tulisan lain.
Kepala Sekolah SMA Mujahidin Arif Kurniawan mengatakan Hari Valentine diperkirakan akan merusak moral dan ideologi bangsa karena perayaan hari kasih sayang itu bukan merupakan budaya Indonesia. “Lebih spesifik, kami ingin mengajak umat muslim supaya tidak ikut merayakan hari kasih sayang ini,” kata Arif kepada wartawan di sela aksinya.
Menurut Arif, seharusnya kasih sayang itu tidak hanya diterapkan saat Hari Valentine, tapi harus setiap hari, supaya keluarganya itu bisa harmonis. “Saya kira, semua orang berkeinginan keluarganya harmonis,” katanya.
Oleh karena itu, lanjut dia, sekolahnya itu sudah menggelar operasi preventif, yaitu dengan cara menggeledah tas siswa satu per satu. Jika ditemukan barang yang akan digunakan untuk perayaan Valentine, maka langsung disita, dan siswa tersebut langsung dipanggil untuk dibina.
Marsha, 16 tahun, siswa kelas XI SMA Mujahidin, mengatakan bahwa aksi tersebut inisiatif para murid sendiri, dan kemudian direspons pihak guru. “Mending uang yang akan digunakan untuk Valentine, dibuat untuk infak, karena lebih berpahala dan berguna,” katanya.
MOHAMMAD SYARRAFAH