TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia ternyata tak luput dari serangan wabah Zika. Penyakit akibat virus yang disebarkan lewat nyamuk A. aegypti ini ditemukan pada seorang pria di Jambi.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tengah mengembangkan vaksin untuk mengatasi Dengue dan Zika. "Karena sifatnya mirip dengan Dengue (DBD), jadi kami rasa vaksinnya juga mirip," kata Fifit Juniarti dari Pusat Teknologi Farmasi dan Medika BPPT melalui siaran pers pada Kamis, 11 Februari 2015.
Vaksin tersebut dibuat dengan platform. Sub-unit virus yang berbasis protein larut. Menurut Fifit, vaksin ini memiliki tingkat imunitas dan keamanan tinggi. Sebetulnya, platform vaksin sendiri ada beragam, seperti DNA telanjang, peptikel, atau partikel menyerupai virus itu sendiri.
"Tapi untuk pengembangan platform lain, kami masih terhambat fasilitas riset vaksin di Indonesia," kata Fifit. Pemerintah diharapkan dapat mendukung untuk mendorong percepatan penemuan vaksin Zika.
Meski berbeda, virus Zika dan Dengue memiliki karakterestik mirip. Karena itu, cara deteksinya juga mirip.
Saat ini, satu-satunya cara deteksi yang ada adalah dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Namun, hanya dapat dilangsungkan di laboratorium tertentu saja. Untuk di rumah sakit umum, digunakan cara deteksi serupa Dengue yakni dengan metode berbasis antigen dan antibodi.
Sebetulnya, ada dua cara untuk mengidentifikasi virus Zika dengan lebih akurat. Pertama dengan metode isolasi virus, deteksi genome dan antigen. Namun keduanya sangat rumit dan membutuhkan waktu lama. Cara kedua memiliki tingkat kejituan rendah, namun mudah dilakukan. Yakni deteksi serologi antibodi Immonoglobin M(IgM) dan Immunoglobin G (IgG).
URSULA FLORENE