TEMPO.CO, Jakarta - Proyek pembangunan jalan layang Transjakarta sudah berjalan hampir satu tahun sejak awal 2015. Bentuk fisik jalan layang tersebut mulai terlihat dengan tampaknya tiang-tiang berdiri di tengah jalan.
Proyek sepanjang 9,3 kilometer itu membentang dari Jalan Kapten Tendean hingga Jalan Adam Malik, Ciledug. Namun, sepanjang itu pula banyak ditemukan jalan yang rusak akibat aktivitas proyek.
Seperti di Jalan Kapten Tendean dan Jalan Wolter Mongonsidi. Purwanti, 28 tahun, harus selalu bersabar setiap melalui Jalan Kapten Tendean menuju Mampang Prapatan. "Jalannya bergelombang. Tidak nyaman dilalui," katanya, Rabu, 10 Februari 2016.
Belum lagi ruas jalan tersebut selalu padat di jam sibuk karena penyempitan area proyek. "Jadi sudah jalan rusak, bising proyek, macet lagi," ujarnya. Dia biasa menggunakan Kopaja melalui jalan tersebut.
Di beberapa titik sepanjang jalan tersebut memang tampak lubang-lubang di aspal. Beberapa titik pun tampak tidak rata untuk dilalui. Kondisi hampir serupa pun ada di Jalan Wolter Monginsidi yang dilalui juga oleh proyek.
Kepala Bidang Jalan dan Jembatan Simpang Tak Sebidang Dinas Bina Marga DKI Heru Suwondo mengatakan jalan yang rusak akibat proyek harus diperbaiki oleh kontraktor. "Jika ada kerusakan di sekitar proyek itu jadi tanggung jawab kontraktor," katanya.
Menurut dia, sambil proyek tersebut berjalan, kontraktor bisa sambil melakukan perbaikan terhadap jalan yang rusak. "Perbaikan tidak harus menunggu selesai proyeknya. Jika rusak bisa segera diperbaiki," ujarnya.
Dia tak menampik jika kondisi jalan sudah tak nyaman sejak dilaksanakan proyek karena ada penyempitan jalur. "Jadi jangan sampai sudah terganggu jalan sempit, ada jalan rusak juga," kata Heru.
Salah satu jalan yang sedang diperbaiki ada di Jalan Wolter Monginsidi. Di jalan tersebut dilakukan pengaspalan. Di bagian tengah jalan tersebut dijadikan area proyek.
NINIS CHAIRUNNISA