TEMPO.CO, London - Tak ubahnya balerina, seekor laba-laba dapat menari di atas air. Menari atau berlayar di atas air memang bagian dari kehidupanpara Arakhnida-kelompok hewan tanpa tulang belakang berkaki delapan.
Saat menari, sebetulnya mereka sedang melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, atau dikenal dengan ballooning process. Umumnya mereka akan memanjat puncak tanaman, menaikkan perutnya seperti sebuah layar, dan menembakkan jaringnya ke udara.
Namun mereka tak selalu mendarat di tanah. "Sering juga di atas air," demikian ditulis Morito Hayashi, Kepala Departemen Zoologi di Natural History Museum of London. Tim yang dia pimpin menemukan kesimpulan tersebut dan menerbitkannya dalam jurnal BMC Evolutionary Biology. Ketidakpastian tempat mendarat ini, menurut Hayashi dalam jurnal, lantaran laba-laba tidak memiliki kontrol atas rute ayunan mereka.
Sebelumnya, Hayashi berpikir bahwa, ketika jatuh di air, laba-laba akan mati. Tapi mereka menemukan hal yang mengejutkan. "Laba-laba itu malah berlayar di atas air menggunakan semua kakinya seperti berseluncur."
Dalam studinya, Hayashi dan tim mengamati 325 laba-laba dewasa dari 21 spesies berbeda yang memiliki kaki tahan air. Menurut pengamatan mereka, masing-masing spesies memiliki pola gerakan kaki yang berbeda saat berlayar. Ada laba-laba yang akan menaikkan salah satu kakinya seperti layar untuk menahan angin yang datang. Dengan gaya ini, Hayashi menjelaskan, laba-laba dapat meluncur di atas air tanpa gangguan turbulensi apa pun.
Laba-laba lain akan mengambil pendekatan berbeda. Yakni, dengan mengangkat perut mereka seperti layar sehingga seolah tengah bersalto dengan kepala di bawah. "Ada juga yang melepaskan jaring mereka ke permukaan air untuk memperlambat kecepatan," tutur Hayashi. Teknik penggunaan jaring disebut anchoring atau menambatkan jangkar.
Tak hanya itu, ada laba-laba yang melempar jaring mereka ke arah benda mengambang. Setelah itu, mereka menarik jaring untuk sampai ke permukaan.
Sistem berlayar dan menari jelas menguntungkan bagi laba-laba. "Juga ekosistem yang berkaitan dengan hewan berkaki delapan ini," tutur Hayashi. Sebab, menurut dia, laba-laba memainkan peran penting dengan menjadi predator pertama di lingkungan yang baru saja terkena dampak bencana alam. "Seperti kebakaran hutan atau gunung meletus."
Menurut Hayashi, laba-laba adalah penjajah pertama di antara kerajaan animalia lainnya di tempat-tempat semacam itu. Mereka, dia menjelaskan, datang dengan sangat cepat dan langsung menjadi predator puncak yang mengontrol populasi serangga lain.
Todd Blackledge, profesor biologi di University of Akron di Ohio, Amerika Serikat, terpana setelah membaca laporan Hayashi dan tim. Blackledge, yang tak tergabung dalam penelitian tersebut, sebelumnya pernah melakukan studi serupa. Hanya, penelitiannya tersebut sebatas membuktikan bahwa laba-laba dapat berjalan di atas air.
Studi Hayashi dan tim, menurut Blackledge, merupakan contoh pengamatan yang tajam mengenai sejarah alam dan kehayatian. Menurut dia, selama ini studi tentang pola hidup laba-laba masih minim. "Meski begitu, studi Hayashi harus diperdalam sampai pertanyaan 'berapa lama mereka dapat bertahan?'," kata dia, seperti dikutip dari Live Science.
Blackledge juga beranggapan bahwa faktor hidrologi dan jenis air juga harus diteliti. "Sebab, jika dapat berjalan di atas air garam, keluarga Arakhnida, termasuk kalajengking dan tarantula, dapat berlayar ke laut lepas."
BMC EVOLUTIONARY BIOLOGY | LIVE SCIENCE | AMRI MAHBUB