TEMPO.CO, Havana -Paus Fransiskus dan Patriark Kirill saling berpelukan saat bertemu di Kuba pada Jumat, 12 Februari 2016. Hampir 1.000 tahun setelah Kristen Timur dan Barat terpecah, pertemuan di terminal bandara Havana tersebut menjadi pertemuan pertama yang pernah terjadi antara Paus Katolik Roma dan Patriark Ortodoks Rusia.
Itu menjadi pertemuan bersejarah. Pertemuan kedua tokoh agama ini dianggap memiliki daya tarik global karena kedua pemimpin besar gereja berbicara tentang perlindungan terhadap umat Kristen di Timur Tengah.
"Di banyak keluarga di negara -negara Timur Tengah dan Afrika Utara, desa-desa dan kota-kota dari saudara dan saudari dalam Kristus sedang dibasmi," kata kedua pemimpin dalam sebuah deklarasi bersama, dikutip dari laman Reuters.
Pernyataan keduanya merujuk pada kekerasan yang dilakukan kelompok-kelompok militan seperti Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). "Gereja-gereja mereka secara bar-bar dihancurkan dan dijarah, benda-benda suci mereka dinajiskan, monumen mereka dimusnahkan."
Paus Fransiskus dan Patriark Kirill juga mengatakan bantuan kemanusiaan skala besar diperlukan untuk pengungsi yang melarikan diri dari Suriah dan Irak.
Adapaun selama pertemuan, Presiden Kuba Raul Castro terlihat berdiri di samping. Castro sendiri telah bertemu Paus Fransiskus tahun lalu saat Paus berupaya memulihkan hubungan diplomatik Kuba dan Amerika Serikat.
Kuba diketahui, juga tengah mensponsori pembicaraan damai antara pemerintah Kolombia dan pemberontak sayap kiri sebagai upaya untuk mengakhiri perang selama 50 tahun. "Jika terus seperti ini, Kuba akan menjadi ibukota persatuan," kata Paus Fransiskus.
REUTERS | MECHOS DE LAROCHA