TEMPO.CO, Kediri – Belasan perempuan pingsan saat mengikuti Festival Kartini yang diselenggarakan Pemerintah Kota Kediri di Gedung Olahraga Jayabaya, Senin, 25 April 2016. Kegiatan yang diikuti 11 ribu perempuan berkebaya itu juga dalam rangka memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) kategori jumlah peserta terbanyak.
Sejak pagi para peserta yang terdiri dari pelajar, guru sekolah, pegawai negeri, istri pegawai negeri, polisi wanita, organisasi istri TNI, serta ormas perempuan berdandan ala Raden Ajeng Kartini.
Namun banyaknya peserta memicu beragam masalah, mulai kemacetan parah menuju lokasi hingga lamanya antrean menunggu tampil berlenggak-lenggok di atas catwalk. Belasan peserta pun bertumbangan akibat kelelahan dan udara pengap di dalam gedung.
“Peristiwa itu terjadi di luar kemampuan kami. Tapi semuanya sudah ditangani oleh petugas medis,” kata Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Olahraga Kota Kediri, Nurmuhyar.
Meski tak sedikit peserta yang pingsan namun kegiatan tersebut bisa diselesaikan. Manager Eksekutif MURI Sri Widayati mengatakan jumlah peserta Festival Kartini mencapai 11.029 orang. Jumlah itu melebihi rekor sebelumnya yang dipegang Kabupaten Mentawai dengan 8.295 peserta jalan santai berkebaya. “Ini rekor baru MURI dengan jumlah terbanyak,” kata Sri.
Pelaksanaan Festival Kartini ini memang mendapat antusiasme warga Kota Kediri. Mereka rela menunggu berjam-jam di bawah terik matahari di luar gedung olahraga untuk antre masuk ke dalam gedung dan menyusuri catwalk sepanjang 53 meter.
Beberapa peserta yang disulap menjadi model dadakan mengundang tawa saat bersusah payah menyusuri catwalk licin. Seorang peserta berusia lanjut bahkan nekat berjalan bertelanjang kaki karena khawatir terpeleset. Kontan aksi ini mendapat komentar lucu dari pembawa acara.
Pejabat yang hadir juga terseyum-senyum. Nenek bernama Supinah, 70 tahun itu mengaku perwakilan dari Ranting Muslimat Nahdlatul Ulama yang diajak mengikuti festival oleh temannya. “Usia saya sudah tujuh puluh tahun,” katanya lirih.
HARI TRI WASONO