TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Riset NongHyup Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan indeks harga saham gabungan (IHSG) masih berpeluang melanjutkan pelemahan pada perdagangan Senin, 2 Mei 2016. IHSG diprediksi support di level 4.784-4.811 dan resisten di posisi 4.859-4.882.
"Belum ada sentimen positif yang mampu membawa IHSG berbalik arah, sehingga IHSG masih terpenjara dalam zona merah," ucap Reza dalam siaran persnya, Senin, 2 Mei 2016.
Reza menambahkan, bursa saham global juga belum memberi sentimen yang cukup positif. Laju bursa saham Asia cenderung melemah setelah merespons sikap bank sentral Jepang (BoJ) yang terkesan tidak menambah stimulus untuk mengangkat ekonomi Jepang.
Menurut dia, memasuki bulan Mei 2016, para investor tampaknya masih dihinggapi awan mendung mengingat istilah sell in May and go away yang ada di pelaku pasar. Kondisi tersebut tidak sepenuhnya benar, terutama untuk pasar saham Indonesia. Namun fraksi saham baru yang mulai berlaku hari ini diharapkan dapat menjadi katalis positif menjelang pengumuman data inflasi April 2016.
Baca: May Day, Ini Kata Darmin Soal Tuntutan Buruh
Fraksi harga saham saat ini terbagi menjadi lima. Harga saham kurang dari Rp 200 memiliki fraksi Rp 1 dengan masa jenjang perubahan Rp 10. Harga saham Rp 200-500 sebesar Rp 2 dengan masa jenjang perubahan Rp 20.
Harga saham Rp 500-2.000 memiliki fraksi sebesar Rp 5 dengan masa jenjang perubahan Rp 50. Harga saham Rp 2.000-5.000 memiliki fraksi Rp 10 dengan masa jenjang perubahan Rp 100. Sedangkan harga saham di atas Rp 5.000 memiliki fraksi Rp 25 dengan masa jenjang perubahan Rp 250.
Menutup akhir pekan kemarin, laju IHSG masih berada di zona merah. Selain tidak ada katalis positif, masa pencatatan kinerja emiten pada kuartal pertama sudah berakhir. Para pelaku pasar masih enggan melakukan aksi beli dalam jumlah besar.
Laju IHSG akhir pekan lalu sejalan dengan masih adanya aksi jual asing yang kembali terjadi dan laju rupiah yang stagnan. Asing tercatat kembali melakukan aksi jual dari net sell Rp -501,75 miliar menjadi net sell Rp -385 miliar.
VINDRY FLORENTIN