Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hasil Riset: Risak Gaya Baru Bikin Remaja Lebih Agresif  

image-gnews
ilustrasi bullying. Tempo/Indra Fauzi
ilustrasi bullying. Tempo/Indra Fauzi
Iklan

TEMPO.COJakarta - Cemoohan dan risakan yang biasa terjadi di sekolah kini sudah merambah ke pesan teks dan media sosial. Penelitian "Increased Risk of Aggressive Behavior among Victims of Multiple Forms of Bullying”, yang dipresentasikan di Pediatric Academic Societies 2016, 30 Mei mendatang, menunjukkan kombinasi dari risakan langsung dengan secara online punya efek yang sangat kuat.

Efeknya bisa dua kali lipat pada remaja untuk menunjukkan perilaku agresif, seperti kebencian secara verbal, pertengkaran fisik, dan menghancurkan barang di sekitarnya.

Para peneliti membandingkan berapa besar perseteruan yang ditunjukkan remaja usia 10-17 tahun saat mengalami risakan secara langsung, melalui online, ataupun keduanya. Sebanyak 43 persen remaja dalam penelitian ini mengaku mengalami risakan secara langsung. Tujuh persen lainnya mengaku pernah mengalami risakan secara online

Remaja yang dicemooh secara online atau langsung punya kecenderungan berperilaku agresif, seperti pertengkaran fisik, menghancurkan barang, dan berkata kasar. Sedangkan remaja yang mengalami cemoohan dalam dua bentuk punya kemungkinan dua kali lipat berperilaku agresif. 

Di antara remaja yang pernah mengalami kedua jenis risakan, 38 persen menunjukkan perilaku agresif. Ini lebih banyak dibanding 15 persen dari kelompok yang mengalami risakan secara online. Lebih sedikit lagi, kelompok yang mengalami risakan secara langsung hanya 4 persen yang berperilaku agresif. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Perilaku ini termasuk membalas perisaknya,” kata Senior Investigator Andrew Adesman. 

Perilaku agresif ini, kata dia, juga digunakan untuk menangkis intimidasi selanjutnya. Kemungkinan terburuk adalah hasil mencontoh intimidasi, bahkan kemudian terlibat dengan intimidasi, padahal sebelumnya tidak.

Peneliti utama penelitian ini, Alexandra Hua, mengatakan, dengan meningkatnya penggunaan ponsel dan Internet di kalangan remaja, harus ada fokus yang lebih besar pada cyber-bullying. "Fenomena ini dapat menyebabkan lingkaran setan, di mana perisak bisa menciptakan perisak baru dari korban yang dirisak selama ini,” tuturnya. 

SCIENCE DAILY | TRI ARTINING PUTRI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. (ugm.ac.id)
Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.


Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Menara Hoover menjulang di Stanford University di Stanford, California, AS pada 13 Januari 2017. REUTERS/Noah Berger
Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.


2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

Peneliti di Gedung Genomik BRIN di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Jawa Barat, Selasa, 27 Juni 2023. (Tempo/Maria Fransisca)
2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.


Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.


Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Gambar dari Batagur trivittata, Burmese Roofed Turtle yang masuk daftar Critically Endangered menurut IUCN Red List. (Rick Hudson, source: https://www.iucnredlist.org/species/10952/152044061)
Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.


Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Tim Mahabidzul dari ITB merancang pendeteksian jenis malaria pada pasien secara cepat dan akurat. Dok.ITB
Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.


Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Gunung Krakatau. itb.ac.id
Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.


Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Anna Armeini Rangkuti, mahasiswa program doktoral di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI). ui.ac.id
Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.


Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.


Mengapa Tikus Digunakan sebagai Hewan Percobaan Medis?

23 Februari 2022

Ilustrasi tikus. Getty Images
Mengapa Tikus Digunakan sebagai Hewan Percobaan Medis?

Para ilmuwan meneliti tikus, karena ukurannya yang kecil, mudah disimpan dan dipelihara. Tikus juga dapat beradaptasi di lingkungan baru