TEMPO.CO, Bandung — Gempa Lampung dengan kekuatan magnitudo 5,8 yang mengguncang Senin tengah hari, 2 Mei 2016, berasal dari zona subduksi atau penunjaman lempeng Indo-Australia ke lempeng Eurasia. Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Daryono mengatakan letak pusat gempanya berada dekat dengan zona sesar Sumatera.
“Tidak terlalu signifikan (pengaruh ke aktivitas sesar) karena magnitudo gempanya tidak terlalu besar,” katanya, Senin, 2 Mei 2016.
Menurut Daryono, dari segi lokasi, sesar Sumatera berada di bagian permukaan, sementara zona subduksi jauh di dalam. Gempa yang terasa pada pukul 11.21 WIB tersebut berpusat di daratan dengan kedalaman 127 kilometer. Lokasinya 28 kilometer arah barat daya Kabupaten Tanggamus, Lampung Tengah, dekat Taman Nasional Bukit Barisan.
Karena hiposenter gempa Lampung berada di kedalaman menengah, getarannya memiliki spektrum yang cukup luas. Selain di Lampung, getarannya tercatat hingga Tangerang, Jakarta, dan Bandung, dalam skala intensitas I-II MMI.
Pakar gempa dari Institut Teknologi Bandung, Irwan Meilano, juga memperkirakan gempa Lampung dari zona subduksi tidak berdampak ke sesar Sumatera. “Beda dengan gempa subduksi lain yang lapisannya naik ke atas, ini turun ke bawah atau normal. Kemungkinannya tipis memicu aktivitas sesar Sumatera,” kata Irwan.
Menurut Irwan, gempa Lampung dengan kedalaman menengah sebesar magnitudo 5,8, terasa secara luas dengan guncangan yang tidak terlalu keras. Lindu itu juga dinilainya tidak terlalu merusak bangunan. Walau begitu, dia mengingatkan bahwa Pulau Sumatera khususnya berpotensi dan rawan gempa.
ANWAR SISWADI