TEMPO.CO, Badung - Bekas petarung Mixed Martial Art (MMA), Amokrane “Kiane” Sabet, melakukan perlawanan bengis saat hendak ditangkap tim Kepolisian Daerah Bali di Banjar Tegal Gundul, Desa Adat Canggu, Kuta Utara. Warga Negara Prancis itu menikam anggota Kepolisian Sektor Kuta Utara Brigadir AA Putu Sudiarta hingga tewas.
Warga Banjar Tegal Gundul, Nyoman Sania, menyaksikan Sudiarta bercucuran darah setelah ditusuk Sabet. Namun Sania dan warga setempat tak bisa langsung menolong Sudiarta karena takut diamuk Sabet. “Saya baru berani menolong ketika Amokrane sudah tersungkur. Sebab, dia sangat brutal," kata Sania di Banjar Tegal Gundul, Desa Adat Canggu, Selasa, 3 Mei 2016.
Menurut Sania, Sudarta terjatuh ke got saat Sabet mengamuk dan balik mengejar polisi. Saat pria 44 tahun itu sudah dilumpuhkan polisi dengan tembakan di kepala hingga tewas, Sania dan warga lain baru berani menghampiri serta menolong Sudarta. Sania pun mengulurkan tangan untuk menarik Sudarta keluar. Sudarta dengan darah yang bercucuran masih bisa menggapai tangan Sania. Baju yang dikenakan Sania saat itu langsung berlumuran darah. “Saya raih tangannya, setelah itu dia langsung rebahan,” ujar Sania.
Sania menilai upaya penangkapan paksa Sabet sangat tepat. Sehari-hari, kata dia, kelakuan Sabet sangat menakutkan warga. “Saya pernah lihat dia (Sabet) memaki-maki setiap orang lewat naik sepeda motor, teriak fu** y**,” tutur perempuan 59 tahun itu.
Menurut Sania, tidak ada warga yang berani menegur Sabet. Bahkan untuk menatap mata saja tidak berani. Sania mengatakan Sabet sering menebar ancaman di jalan ketika mengendarai sepeda motor. “Kelakuan Sabet seperti orang gila, misalnya di pertigaan jalan dia sering asal nyelonong ngebut,” ucapnya. “Kalau dia lewat, orang naik sepeda motor enggak mau minggir langsung dicaci maki.”
BRAM SETIAWAN