TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Transformasi Hijau Hendra Aquan menyebutkan, tanaman ganja bermanfaat bagi kebutuhan medis, terutama penyembuhan penyakit degeneratif. Ia juga mengatakan ganja bermanfaat untuk ekosistem dan industri.
Hendra menyampaikan hal itu dalam diskusi menyambut Global Mariujana March 2016 di Tebet, Jakarta Selatan, Senin, 2 Mei 20016. Bagi ekosistem, kata dia, ganja dapat menyerap toksisitas logam berat. "Tumbuhan biasa hanya bisa menyerap 15 ppm, tapi hemp (ganja) bisa menyerap hingga 6 ribu ppm," ujarnya.
Jadi, menurut riset yang telah dilakukan, ganja berpotensi merehabilitasi kawasan pertambangan logam, seperti emas, tembaga, dan mineral lain.
Ia mengklaim sudah membuktikannya ketika meneliti bagaimana merehabilitasi kawasan pertambangan logam di Selandia Baru. Caranya dengan menanam 100 biji ganja di area tersebut. "Yang menarik dari penelitian ini adalah biji tersebut dapat tumbuh hanya dalam waktu 17 hari," kata alumnus Fakultas Biologi di Duta Wacana Christian University ini.
Serat ganja juga diklaim dapat digunakan untuk berbagai macam industri. "Di Prancis, Amerika, atau Jerman, serat ganja dimanfaatkan untuk industri bahan bangunan, kertas, dan pakaian," katanya.
Industri ini dinilai bisa lebih ramah lingkungan karena bahan bakunya yang berkelanjutan. Terlebih, Hendra melanjutkan, iklim tropis seperti di Indonesia membuat tanaman ini bisa tumbuh hingga 5 meter dengan menghasilkan 20-30 ton serat ganja yang bisa dimanfaatkan untuk industri.
DINI TEJA