TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Saleh Husin menyatakan Indonesia perlu mengembangkan energi pembangkit listrik tenaga nuklir thorium untuk memenuhi pasokan energi bagi industri.
“Sumber bahan baku thorium ini melimpah di Bangka Belitung. Hal ini sangat diperlukan mengingat ke depan kebutuhan energi untuk industri sangat besar dan tentu dengan harga yang kompetitif,” ujar Saleh melalui siaran pers di Jakarta, Rabu, 4 Mei 2016.
Di Indonesia, ucap dia, sumber daya thorium di Bangka Belitung diperkirakan mencapai 170 ribu ton.
Dengan perhitungan 1 ton thorium mampu memproduksi 1.000 MW per tahun, jumlah bahan baku tersebut cukup untuk mengoperasikan 170 unit pembangkit listrik selama seribu tahun.
Dari sisi total biaya produksi, termasuk operasional, pembangkit listrik itu juga lebih murah karena hanya 3 sen dolar Amerika Serikat per kWh. Sedangkan batu bara mencapai 5,6 sen dolar Amerika, gas 4,8 sen dolar, tenaga angin 18,4 sen dol, dan panas matahari 23,5 sen dolar.
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) dari akademikus, Tumiran, menuturkan penyediaan energi untuk industri sangat penting bagi kesinambungan perekonomian, lapangan kerja, dan kemandirian. “Teknologi penyediaan energi terus berkembang, dan kita dapat memanfaatkannya sesuai dengan peta potensi energi nasional, termasuk teknologi reaktor yang generasi kini sudah jauh berbeda dengan generasi sebelumnya," ujarnya.
Menurut dia, PLTN thorium, seperti yang disampaikan Menteri Saleh, dapat menyediakan kebutuhan energi yang semakin meninggi.
Mantan Dekan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada ini juga mengatakan pemanfaatan thorium termasuk diversifikasi energi.
Ini sejalan dengan aktivitas industri yang telah menyerap investasi dan sumber daya manusia, juga mensyaratkan keberlanjutan dan jaminan pasokan atau security of supply.
ANTARA