TEMPO.CO, Bandung - Yayasan Syamsi Dhuha, Bandung, dan relawan membuat senam khusus bagi penderita penyakit lupus (odapus). Senam khusus yang belum pernah ada sebelumnya itu hasil kerjasama Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia (FPOK UPI), Bandung. Gerakan senam yang hampir selama 30 menit terdiri dari tiga bagian, yakni pemanasan, gerakan inti, dan relaksasi.
Ketua Yayasan Syamsi Dhuha Dian Syarif mengatakan, senam khusus tersebut untuk memenuhi keinginan lama para odapus. Selain agar tubuh senantiasa bugar, senam khusus ini untuk mengurangi dampak penyakit lupus seperti nyeri dan kekakuan sendi. “Penyempurnaan senam akan terus kami lakukan, yang penting ada keberanian untuk melahirkan sesuatu yang baru”, ujarnya, Jumat, 6 Mei 2016.
Konsultan relawan dari tim FPOK UPI, Lucky Angkawidjaja menyebutkan gerakan senam untuk penderita lupus ini dirancang untuk melatih pernafasan dan peregangan agar persendian odapus yang kerap terasa kaku akan bisa dilemaskan melalui latihan teratur. “Senam ini telah diuji cobakan kepada para odapus dengan rentang usia 20-60 tahun,” ujarnya.
Yayasan Syamsi Dhuha yang peduli dengan odapus dan penyandang low vision (penglihatan terbatas) akan meluncurkan Senam Lupus itu Sabtu, 7 Mei 2016. Sebelumnya pada 5 Mei lalu, yayasan menayangkan gerakan lengkap senam tersebut di Youtube. Peluncuran senam itu terkait dengan peringatan Hari Lupus Sedunia pada 10 Mei 2016.
Dokter pemerhati lupus dari RS Hasan Sadikin, Bandung, Andri Reza Rahmadi mengatakan, jumlah penyandang Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau lupus di Indonesia lebih dari 400 ribu orang. Lupus dapat mengenai siapa pun tanpa memandang usia, jenis kelamin, ataupun etnis tertentu.
Lupus adalah penyakit yang terkait dengan sistem kekebalan tubuh dan bukan penyakit menular, namun dapat mengancam jiwa. “Sekarang ada lebih dari 5 juta penyandang Lupus di seluruh dunia dengan pertambahan 100.000 kasus baru setiap tahunnya,” katanya.
ANWAR SISWADI