TEMPO.CO, Sragen -Setu Wiryorejo, 55 tahun, melangkah keluar dari rumahnya yang berdinding kayu, tanpa jendela, dan berlantai tanah. “Hanya tas dan linggis ini bekal saya mencari nafkah,” kata warga Desa Manyarejo, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, ini, dua pekan lalu.
Setu adalah penemu fragmen fosil tengkorak Homo erectus di Sungai Bojong, 700 meter dari rumahnya, 5 Februari lalu. Berdasarkan analisis dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran, fosil tengkorak bagian belakang sepanjang 14 sentimeter, lebar 12 sentimeter, dan tinggi 10 sentimeter itu merupakan bagian tubuh H. erectus tipe arkaik, yang hidup 1-1,5 juta tahun silam.
Baca juga:
Inilah 5 Hal yang Amat Mengerikan di Balik Tragedi Yuyun dan Feby
Gadis Cantik Tewas Disambar Kereta, Selfie Maut Tetap Marak
Dia ingat betul kejadian tiga bulan lalu itu. Setu dalam perjalanan menuju rumahnya sehabis menanam kacang tanah di sawah tadah hujan miliknya saat melihat batu aneh di Sungai Bojong. “Bentuknya mirip batu cadas, tapi bulat unik,” ujar Setu, mengenang. “Batu itu menyembul di sungai yang airnya semata kaki.”
Bukan kali ini saja Setu menemukan fosil. Sudah sembilan piagam penghargaan dari BPSMP Sangiran diberikan kepadanya karena fosil temuannya, seperti tengkorak banteng, kuda nil, hingga gajah purba.
Tiga malam sebelum menemukan fosil H. erectus ini, Setu sempat bermimpi aneh. “Saya mimpi mandi di sendang sambil menangkap burung perkutut,” ujarnya. Selama tiga hari dia gelisah memikirkan bunga tidurnya sampai tibalah kejadian siang itu. “Ternyata ini artinya.”
Lantaran sering menemukan fosil, tak sulit baginya menerka benda asing di tengah Sungai Bojong sebagai barang berharga. Berbekal linggis berukuran 150 sentimeter itu Setu mencongkel tanah untuk menggali fosil yang terkubur sebagian. “Setelah itu, saya laporkan ke BPSMP Sangiran,” ujarnya.
Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Harry Widianto, bahkan sampai turun langsung ke lapangan untuk turut mengidentifikasi temuan Setu.
Dari hasil identifikasi awal, Harry memperkirakan fragmen fosil tengkorak H. erectus temuan Setu berumur 1-1,5 juta tahun. “Mungkin ini fosil manusia purba tertua di Jawa,” katanya. Butuh waktu sekitar satu hingga dua tahun untuk meneliti fosil itu lebih detail karena melibatkan ahli dari berbagai bidang untuk mengungkap lingkungan dan interaksi sosialnya.
Baca juga:Pembunuhan Feby UGM: Ada 56 Adegan, Pelaku Sempat Berdoa
Tentunya temuan fosil H. erectus tipe arkaik ini merupakan kabar gembira. Sebab, menurut Kepala BPSMP Sangiran, Sukronedi, fosil tipe ini amat langka. Fosil tengkorak serupa pertama kali ditemukan di Situs Sangiran oleh ahli paleontologi asal Belanda, Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald, pada 1936. “Akhirnya, sejarah itu terulang setelah 80 tahun,” kata Sukronedi.
Selain dinilai spektakuler, fosil potongan tengkorak manusia purba tertua di Jawa ini juga menjadi satu-satunya temuan istimewa bagi Setu. Dia diganjar hadiah Rp 25 juta dari BPSMP Sangiran. Sebelumnya, fosil-fosil yang ditemukan Setu, seperti tengkorak banteng, kuda nil, dan kerbau purba, dihargai Rp 1-2 juta. “Uang ini untuk membiayai operasi kelahiran cucu saya,” kata Setu sembari bersiap membajak ladang kacang tanah miliknya.
AMRI MAHBUB | DINDA LEO LISTY (SRAGEN)
Baca juga:
Inilah 5 Hal yang Amat Mengerikan di Balik Tragedi Yuyun dan Feby
Gadis Cantik Tewas Disambar Kereta, Selfie Maut Tetap Marak