TEMPO.CO, Bandung - Suara merdu Muzammil Hasballah ketika menjadi imam salat yang membacakan ayat Al-Quran memukau banyak orang. Salah satunya Syamsul Basaruddin, staf ahli pembinaan Salman ITB. “Dari semester I dia sudah saya incar untuk jadi imam di sebuah masjid di Jalan Sekeloa Bandung,” kata Syamsul kepada Tempo.
Ia sempat berusaha membujuk Muzammil dengan mencarikan rumah kontrakan yang dekat dengan masjid tersebut pada 2011. Tapi usahanya gagal, karena Muzammil memilih tinggal di tempat kos lain. “Dia punya irama bacaan yang berbeda dengan imam muda lainnya,” ujarnya, Selasa, 25 Mei 2016.
Syamsul mengenal Muzammil ketika aktif di Masjid Salman ITB semasa kuliah di Program Studi Arsitektur ITB. Pemuda asal Aceh berusia 23 tahun itu dulu termasuk salah satu imam muda yang terjadwal mengisi kegiatan di Masjid Salman. “Salat tarawih dulu bisa sembilan kali. Nanti hanya dua kali karena banyak juga sepertinya jadwal ke masjid lain,” kata Syamsul.
Menurut dia, imam muda bersuara merdu merupakan salah satu fungsi kaderisasi Masjid Salman ITB, selain belajar berorganisasi, membaca Al-Quran, dan azan. “Kemerduan membaca Al-Quran itu sebagai salah satu strategi dakwah,” ujarnya.
Pada era 1970-1980-an, ketika mendiang Muhammad Imaduddin Abdulrahim atau Bang Imad mengelola Masjid Salman, ada pemeringkatan imam salat berdasarkan kemampuan kader. Dulu, kata Syamsul, ada Abdul Khobir yang kemudian mengelola Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya, suaranya juga merdu ketika menjadi imam salat.
ANWAR SISWADI