TEMPO.CO, Bandung - Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri ternyata punya banyak kisah menarik selama memimpin negeri ini pada 2001-2004. Sebagian kisah itu diceritakan kembali oleh Megawati ketika menerima gelar doktor honoris causa dari Universitas Padjadjaran di Bandung, Jawa Barat, Rabu, 25 Mei 2016.
Salah satu kisah yang amat menarik adalah cerita Megawati ketika harus menjual gas dari proyek Tangguh di Papua kepada pemerintah Cina pada 2002.
"Proyek Tangguh akan bangkrut kalau tak bisa diekspor, maka diplomasi lenso saya lakukan dengan Presiden Jiang Zemin dengan perjanjian bisa diperbaiki dengan penyesuaian harga setiap lima tahun seusai delapan tahun perjanjian awal," kata Megawati dalam pidatonya setelah menerima gelar tersebut.
Saat duduk di samping Presiden Zemin, ucap Megawati, pemimpin Tiongkok itu bertanya, "Apakah Ibu senang musik dan bisa main piano?" Megawati mengaku sempat berpikir sejenak. "Saya mengerti (musik), untunglah pernah diajari Bapak dulu, tapi saya tak bisa main piano. Lalu Presiden RRT bertanya lagi, apakah Ibu bisa berdansa dan menyanyi? Saya jawab bisa. Sudah sekalian basah," ujar Megawati sambil tertawa.
Setelah itu, Zemin dan Megawati berdansa bersama. Berkat itulah, Cina setuju membeli gas Indonesia dari proyek Tangguh. "Itulah rahasia diplomasi lenso Bengawan Solo, sehingga kita bisa mengalahkan Rusia dan Australia dalam tender gas (untuk Cina)," ujar Megawati.
Belakangan, sejumlah pihak mengkritik kerja sama pembelian gas tersebut karena pemerintah Indonesia dinilai menjual gas Tangguh dengan harga terlalu murah. Pengganti Mega, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, didesak merevisi harga pembelian gas tersebut.
WAHYU MURYADI