TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah tenaga kerja Indonesia di Taiwan diajari tata cara bertani tanaman organik di area perkebunan milik warga setempat di Beitou, Taipei.
"Melalui pelatihan ini, kami berharap para TKI bisa menerapkan ilmunya saat kembali ke Tanah Air nanti," kata Kepala Bidang Ketenagakerjaan Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei, Devriel Sogia, dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Senin, 30 Mei 2016.
Para TKI yang berjumlah 30 orang tersebut antusias mengikuti pelatihan bertani di area milik Mr Chan di Beitou itu. Mereka mengaku mengetahui seluk-beluk pertanian. Namun teknologi dan modifikasi pertanian secara organik masih cukup awam bagi mereka.
Warga Taiwan sudah terbiasa mengkonsumsi makanan organik. Bahkan tanaman pertanian di sana tidak menggunakan pupuk kimia karena dianggap membahayakan kesehatan.
Salah satu peserta pelatihan, Rubiyati, menuturkan, dengan belajar bertani secara organik, dia bisa mengambil banyak manfaat. Selain memperoleh ilmu pertanian, dia juga bisa belajar bertani di lahan yang sempit. "Di kampung, saya selama ini bercocok tanam secara umum, bukan teknik organik seperti yang kita pelajari hari ini," ujar perempuan asal Pati, Jawa Tengah, itu.
Peserta lainnya, Sarmi, mengaku akan mengaplikasikan pola tanam seperti itu. "Saya pernah bercocok tanam bawang merah. Mudah-mudahan pelajaran bertani organik ini bisa saya terapkan di kampung," tutur perempuan asal Demak tersebut.
Chan menjelaskan bahwa pertanian secara organik dimulai dari tahap pemilihan bibit, penyemaian, menanam bibit, perawatan, hingga masa panen. "Secara umum, bertani organik, masa panen akan lebih lama daripada cocok tanam pada umumnya. Namun, kelebihannya, hasil panen lebih sehat dan berkualitas," ucapnya, didampingi istri.
Seusai pelatihan, para TKI diajak berkeliling area perkebunan jagung dan timun. Mengingat pertanian organik sama sekali tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida, maka para peserta dapat langsung memetik sayuran organik tersebut dan mengkonsumsinya di tempat. "Rasanya lebih enak," tutur Nur Kholiq, TKI asal Kendal, setelah merasakan tanaman organik yang dipetiknya itu.
ANTARA