TEMPO.CO, Jakarta - Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan bahwa teror di Polresta Solo kemarin menggunakan bom sisa atau bom yang sudah disusun sejak jauh-jauh hari namun belum sempat digunakan. Sebab, bom itu mirip seperti bom yang diamankan oleh Kepolisian pada penangkapan teroris akhir tahun lalu.
"Ini bom yang dibuat pada bulan Desember lalu apabila dilihat dari materinya. Isinya sama dengan yang sebelumnya," kata Kapolri Jenderal Badrodin Haiti di Mabes Polri, Rabu, 6 Juli 2016.
Baca Juga:
Seperti diberitakan, serangan bom bunuh diri terjadi di Polresta Solo menjelang apel pagi, Selasa 5 Juli 2016. Korban meninggal adalah sang pelaku sendiri yang hingga saat ini disebut sebagai Nur Rohman.
Bom itu, yang saat ini diyakini berjenis low explosive, meledak ketika Nur Rohman mencoba melarikan diri dari anggota Provost, Brigadir Bambang. Bambang, yang terluka di kepala akibat ledakan, mencoba mencegat Nur yang menerobos masuk ke halaman Polresta Solo saat itu.
Adapun peristiwa Desember 2015 yang dimaksud oleh Badrodin adalah penangkapan Arif Hidayatullah alias Abu Mushab serta warga Uighur bernama Ari. Keduanya ketahuan hendak melakukan serangan teror pada perayaan tahun baru lalu. Nah, Nur Rohman sesungguhnya berada di lokasi kejadi saat itu, namun berhasil melarikan diri dengan membawa sejumlah peledak.
Lebih lanjut, kemiripan peledak yang diamankan Desember lalu dengan yang dipakai pada teror di Solo adalah materialnya. Salah satu kemiripannya adalah penggunaan mesiu sebagai material dasar. Selain itu, menggunakan gotri atau bola besi untuk memperkuat daya rusaknya.
Badrodin melanjutkan bahwa bom itu dirakit sendiri oleh Nur Rohman. Dan, Nur Rohman diduga belajar membuatnya dari internet karena Nur Rohman tidak pernah mengikuti pelatihan militer dan selama ini dikenal lebih kerap membongkar-pasang senjata.
"Sekarang orang bisa saja nggak pernah pelatihan militer namun lihat di internet (untuk membuat bom)," ujar Badrodin.
ISTMAN MP