TEMPO.CO, Jakarta - Jakarta Eye Center meluncurkan program operasi katarak gratis bagi orang tidak mampu. Program yang bekerja sama dengan Yayasan Matahati ini menargetkan untuk melakukan operasi katarak terhadap 910 pasien.
"Kegiatan operasi katarak gratis dimulai hari ini dan akan berlangsung hingga November tahun ini," kata Ketua Pelaksana Yayasan Matahati Wandi S. Brata dalam konferensi pers, Sabtu, 23 Juli 2016, di Rumah Sakit JEC, Kedoya, Jakarta Barat.
Operasi katarak akan berlangsung di seluruh Indonesia di rumah sakit-rumah sakit yang menjadi mitra Matahati. Mereka bisa mendaftarkan diri di rumah sakit tersebut. "Hubungi rumah sakit terdekat dan tanyakan apakah ada program Matahati. Kalau ada, langsung bisa ditangani," ujar Wandi.
Bila rumah sakit yang dituju belum menjadi mitra Matahati, pasien bisa mendaftar di Sekretariat Matahati, Yayasan Lions Club, dan Persatuan Dokter Mata Indonesia (Persami).
Wandi mengatakan operasi katarak gratis akan dilakukan pada pasien-pasien yang sudah terdaftar. Meski begitu, program ini juga terbuka pada pasien yang belum terdaftar.
Dalam program ini, ditargetkan ada 910 pasien yang akan memperoleh operasi katarak gratis. Jumlah ini mempunyai makna tersendiri, yaitu sebagai ungkapan syukur ulang tahun ke-91 tahun salah satu pendiri Yayasan Matahati, yakni Pandji Wisaksana.
"Ini sebagai ungkapan syukur saya, di usia 91 masih diberi kesehatan fisik dan mental. Bagi saya, bersyukur itu bukan hanya diucapkan, tapi berbuat," tutur Pandji.
Data Kementerian Kesehatan menyebutkan katarak menjadi penyebab 50 persen kebutaan di Indonesia. Setiap tahun diperkirakan ada 0,1 persen penambahan kasus baru atau mencapai 250 ribu orang.
Di sisi lain, jumlah penderita katarak yang sudah ada diperkirakan mencapai 4 juta orang. "Angka penambahan kebutaan di Indonesia itu luar biasa banyak," ucap Wandi.
Dia mengatakan Matahati sendiri setiap tahun baru bisa melakukan operasi katarak sebanyak 2.500 pasien. "Itu artinya, apa yang kami lakukan hanya 1 persen dari penambahan. Yang sudah kadung tertumpuk itu ada 4 juta. Itu kapan akan tertangani," kata Wandi. Karena itulah dia menilai harus ada upaya yang lebih besar lagi untuk mengatasi ancaman kebutaan akibat katarak.
Dokter spesialis mata, Johan A. Hutauruk, mengatakan katarak atau kekeruhan lensa mata masih menjadi salah satu penyebab kebutaan terbanyak di dunia. Diperkirakan setiap tahun ada satu penderita baru katarak di antara seribu orang.
"Keberadaan Indonesia sebagai negara tropis menjadikan penduduknya memiliki kecenderungan menderita katarak 15 tahun lebih cepat dibanding penduduk di daerah subtropis," kata Johan, yang juga Direktur Utama JEC.
AMIRULLAH