TEMPO.CO, Subang - Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, Jawa Barat, Maxi mengatakan serangan demam berdarah dengue (DBD) di daerah itu sudah masuk taraf mengkhawatirkan.
Maxi menjelaskan, dalam 7 bulan terakhir, enam orang meninggal dan 400 lainnya dinyatakan positif DBD. "Rata-rata per bulan (warga) yang terserang dan dinyatakan positif DBD 66 orang," katanya, Senin, 25 Juli 2016.
Menurut Maxi, serangan DPD paling masif terjadi sepanjang Januari-Februari 2016. Periode selanjutnya, hingga Juli, jumlah warga yang terkena DBD terus menurun. Meski begitu, Pemerintah Kabupaten Subang belum menyatakannya sebagai kejadian luar biasa (KLB).
Maxi menjelaskan, serangan DBD pada 2016 ini lebih ganas dibanding pada 2015. Sepanjang 2015, rata-rata warga yang dinyatakan positif DBD per bulan jumlahnya 50 orang.
Salah satu faktor peningkatan jumlah warga yang terserang DBD pada 2016, kata Maxi, ialah perubahan cuaca ekstrem. Semestinya April sudah masuk musim kemarau. Namun, hingga Juli, curah hujan masih cukup tinggi. Kondisi tersebut menimbulkan banyak genangan air yang menjadi tempat nyamuk berkembang biak.
Maxi mengatakan berbagai upaya antisipasi dan penanganan terus dilakukan, termasuk fogging. Namun, upaya paling efektif untuk mencegah DBD ialah menerapkan pola hidup sehat dan membersihkan genangan air dengan 3M (menguras, menutup, dan mengubur). “Fogging hanya memberantas nyamuk dewasa, sedangkan jentiknya harus (diberantas) dengan 3M," ucapnya.
Wakil Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Ciereng Dwinan Marciawaty mengatakan puncaknya terjadi pada periode Januari-Februari. Jumlah pasien DBD setiap hari yang masuk instalasi gawat darurat, kemudian menjalani rawat inap, bisa ratusan orang. “Saat ini, pasien DBD yang menjalani rawat inap sudah menurun drastis."
NANANG SUTISNA