TEMPO.CO, Jakarta - Tengoklah Joey Alexander. Pianis kelahiran Denpasar itu dijuluki bocah jenius tatkala karyanya sukses menembus nominasi Grammy Award tahun lalu. Joey, 13 tahun, adalah potret sempurna remaja tumbuh brilian karena seni musik. Namun, apakah musik satu-satunya aktivitas berkesenian yang dapat mencerdaskan otak anak?
Tentu tidak. Andyda Meliala, pendiri Sourceful Parenting Indonesia, mengatakan seni lukis ikut punya kontribusi membuat anak menjadi jenius, khususnya di bidang kreativitas. "Seni rupa atau seni lukis adalah cara efektif mengembangkan kreativitas," ujarnya di Jakarta, Sabtu 23 Juli 2016.
Menurut Andyda, seni lukis punya peran membangun kecerdasan visual anak. Ketika banyak bersentuhan atau melakukan kegiatan melukis atau menggambar, anak punya mata yang lebih tajam sekaligus kemampuan imajinasi yang baik. "Anak-anak akan dengan suka hati membayangkan berbagai macam obyek secara kreatif saat melukis, di mana itu berbeda dengan kerja matematis yang menuntut jawaban eksak," ia menjelaskan.
Namun ia berpesan kepada orang tua agar tak memaksa anak untuk menguasai satu kecerdasan tertentu pada anak usia dini. Pada masa perkembangan otak awal, semua jenis kecerdasan, baik visual, linguistik, kinetik, maupun musikal, harus dilatih secara seimbang. "Khusus bagi kecerdasan visual, orang tua bisa memberi stimulasi awal dengan mengajak anak ke alam terbuka sebelum mengenalkan pada seni rupa," kata Andyda.
Wahyudin As, kurator seni rupa, mengatakan kegiatan menggambar atau melukis bagi anak-anak akan membawa mereka mencicipi dua pengalaman: intelektual dan emosional. "Dua pengalaman ini yang membentuk anak-anak menjadi pribadi manusia seutuhnya," ia berujar. Wahyudin mengungkapkan pengalaman intelektual diperoleh ketika anak melukis pelbagai obyek. Mereka bisa mengetahui kategorisasi benda-benda alam, seperti flora dan fauna, bagian tubuh manusia, hingga teknik dasar pewarnaan dan menggores pensil atau kuasnya.
Lewat seni lukis pula, ujar pria 43 tahun ini, anak-anak akan punya pengetahuan soal berbagai macam unsur dan bahan yang dimanfaatkan saat melukis. Bisa unsur kanvas, kuas, kertas, maupun tinta. Benda-benda itu bebas disentuh dan dirasakan tangan mungil anak-anak. Pengalaman ini akan direspons otak, lalu disimpan menjadi memori pengetahuan.
Sementara itu, anak-anak memperoleh pengalaman emosional ketika belajar melukis atau menggambar bersama rekan sebayanya. Menurut Wahyudin, anak segera belajar berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. "Memang seni lukis bisa menjadi sarana membentuk nilai etis sekaligus estetis dalam diri anak-anak," ia berujar.
RAYMUNDUS RIKANG
Berita lainnya:
Ajari Siasat Ini jika Anak Tersesat
Cara Mudah Atasi Eksim dan Gatal-gatal pada Kulit
Mengintip Kecanduan Seseorang Berdasarkan Zodiak