TEMPO.CO, Surabaya - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berbagai pengalaman menata Kota Surabaya kepada ribuan peserta The Third Session Preparatory Committe III for Habitat (Prepcom 3) dalam agenda panel diskusi interaktif di ruang Crystal, Grand City Convex, Selasa, 26 Juli 2016.
Dalam diskusi yang bertema “Toward a More Equitable City” itu, Risma menyajikan materi yang disertai slide foto-foto Kota Surabaya. “Saya banyak menyampaikan tentang pembangunan kota dan sharing pengalaman,” kata Risma ditemui usai menjadi pemateri.
Selain itu, Risma menyampaikan pemikirannya soal urbanisasi. Ia menegaskan bahwa urbanisasi itu tidak selamanya merugikan, asalkan bisa diatur dan disiapkan sistemnya. Hal ini, kata Risma, memang menjadi tantangan perkotaan masa kini. Oleh karena itu, yang harus dilakukan adalah mengatur dan mengendalikan urbanisasi itu.
“Sekarang ini para lurah saya gencar merazia pendatang. Apabila tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk) dan tidak bisa menunjukkan kerja di mana, maka akan ditindak tipiring (tindak pidana ringan),” tutur Risma.
Risma melanjutkan, antisipasi semacam ini sangat penting untuk mencegah orang-orang jahat yang berniat mengacaukan Kota Surabaya. Bahkan, Risma menuturkan Pemerintah Kota Surabaya menyiapkan sistem sampai tingkat RT/RW untuk menangani urbanisasi ini. “Kontrol di tingkat RT/RW itulah yang paling efektif, bukan hanya di kelurahan,” tuturnya.
Berbagai paparan Risma itu diapresiasi oleh enam orang panelis yang merupakan pakar di bidang habitat. Salah satu pakar itu adalah Rose Molokoane dari Slum Dwellers International (SDI). Ia mengatakan dengan foto-foto itu terlihat nyata bahwa Pemerintah daerah melibatkan warga dalam pembangunannya. “Terkadang memang mudah untuk mengatakan, tetapi sulit mengimplementasikannya,” kata Rose.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono juga memberikan apresiasi terhadap paparan Risma itu. Sebab, menurut dia, tidak mudah mengajak masyarakat untuk peduli pada lingkungan tempat tinggalnya. Tetapi, Wali Kota Risma mampu melakukan dan membuktikan itu semuanya.
“Mungkin kalau saya sekarang nginjak taman, yang marah bukan lagi Wali Kota, tapi warga. Jadi peran serta masyarakat di sini sudah luar biasa,” kata dia.
Menteri Basuki menambahkan, penanganan kampung kumuh juga berhasil dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya dengan melibatkan masyarakat. Dia berpendapat, Surabaya benar-benar jadi inspirasi karena telah merangkum regulasi, perencanaan dan juga pendanaan (financing) dalam menangani kampung kumuh.
MOHAMMAD SYARRAFAH