TEMPO.CO, Jakarta - Kombinasi Darmin Nasution, Sri Mulyani Indrawati, dan Bambang Brodjonegoro sebagai Menteri Koordinator Perekonomian, Menteri Keuangan, dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dalam susunan Kabinet Kerja diprediksi akan mudah diterima pasar.
Ekonom sekaligus Direktur Institute of Development Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati, menilai, hal tersebut terjadi karena ketiganya mempercayai mazhab ekonomi yang sama, yaitu mazhab aliran pasar.
“Kalau dari sisi akademis, ketiga menteri ini mempunyai napas yang sama, yang dikenal mazhab aliran pasar,” kata Enny kepada wartawan seusai acara “Seminar Kajian Tengah Tahun Indef 2016” yang digelar di kampus Universitas Trilogi Jakarta, Rabu, 27 Juli 2016. “Mereka sangat acceptable dan sangat dipercaya oleh pasar.”
Menurut Enny, posisi ketiganya yang berada dalam satu mazhab dapat memberikan keunggulan karena mereka memiliki pola pikir ekonomi yang sama. Namun, Enny mengingatkan, kepercayaan pada sistem pasar bukan satu-satunya cara untuk membangun dan menumbuhkan perekonomian Indonesia.
Enny khawatir, jika sistem ekonomi pasar yang dibawa ketiga menteri tersebut tidak dapat dikontrol, perekonomian Indonesia akan melenceng dari konstitusi. Dia mengatakan konstitusi Indonesia lebih mengarah ke mazhab strukturalis yang lebih memberdayakan sektor riil.
“Kalau semua menteri hanya berorientasi pasar, istilah ekonominya liberal, kaum neolib, ini pasti akan mewarnai lagi pemberitaan-pemberitaan di media,” kata Enny. Ketika Sri Mulyani menjadi menteri di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, memang banyak pihak yang menilai sistem ekonomi Indonesia terlalu liberal.
Untuk itu, Enny berharap konsep Nawa Cita yang dijanjikan Presiden Joko Widodo dapat menjadi jalan keluar dari anggapan sistem ekonomi yang terlalu liberal. “Semestinya sekarang mengawinkan mazhab pasar tadi dengan target tujuan Nawa Cita yang telah dijanjikan Pak Jokowi,” ujarnya.
Selain itu, Enny menilai, semestinya pemerintah menyeimbangkan komposisi menteri, antara yang menganut mazhab pasar dan mazhab strukturalis. “Yang lebih percaya bahwa ekonomi harus digerakkan sektor riil semestinya juga dihadirkan,” tuturnya. “Mungkin Pak Jokowi sulit mencarinya,” kata Enny sambil tertawa.
ARDITO RAMADHAN | GRACE