TEMPO.CO, Denpasar - Jatijagat Kampung Puisi (JKP) di Denpasar, Bali, merayakan Hari Puisi Nasional. Penetapan Hari Puisi Nasional erat kaitannya dengan penyair Tanah Air, Chairil Anwar, yang meninggal dunia pada 28 April 1949. Namun JKP memperingati Hari Puisi Nasional pada Selasa malam, 26 Juli 2016.
Ketua JKP Ngurah Arya Dimas Hendratno mengatakan peringatan ini baru diselenggarakan pada 26 Juli oleh JKP untuk memperingati kelahiran penyair Chairil Anwar. Perayaan ini, ujar dia, berdasarkan masukan Umbu Landu Paranggi, tokoh misterius dalam dunia sastra Indonesia sejak 1960-an.
"Menurut beliau, alangkah baiknya kalau dirayakan saat hari kelahiran, bukan saat kematiannya," ucapnya di JKP, Denpasar, Selasa malam, 26 Juli 2016.
Umbu Landu Paranggi menuturkan Chairil adalah sosok yang mengajarkan tentang disiplin kebebasan. Saat diskusi, ia menuturkan beberapa waktu lalu melihat berita bahwa bahasa Indonesia digandrungi di Korea Selatan. "Ada perempuan di Korea Selatan bilang, Aku Ini Binatang Jalang (puisi karta Chairil) keren," tutur Umbu.
Menurut Umbu, ucapan perempuan Korea itu merupakan salah satu bukti bahasa Indonesia sesungguhnya bisa mencapai titik bahasa dunia. "Juga dibuktikan dalam Sumpah Pemuda," katanya.
Perayaan Hari Puisi Nasional dan perayaan hari lahir Chairil diisi diskusi, pembacaan puisi, serta musikalisasi puisi. Dalam kesempatan itu, Umbu membacakan puisi berjudul Huesca karya penyair Inggris, John ,Cornford terjemahan Chairil. "Kata Chairil, membuat sajak melihat lukisan. Yang mengikat sesungguhnya kehidupan puisi," ujarnya.
BRAM SETIAWAN