TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tetap mempertahankan posisi Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Hulusi Akar menyusul kudeta gagal pada Jumat, 15 Juli 2016. Selama berlangsung kudeta militer, Akar sempat disandera para pemberontak.
Juru bicara kepresidenan, Ibrahim Kalim, dalam keterangannya kepada wartawan, Kamis, 28 Juli 2016, mengatakan keputusan mempertahankan kedudukan jenderal bintang empat itu setelah pemerintah mendapatkan masukan dari hasil pertemuan Dewan Militer Agung Turki (YAS).
"Pertemuan itu juga membahas restrukturisasi angkatan bersenjata setelah terjadi kudeta pada 15 Juli 2016," katanya di hadapan wartawan, Kamis. Dia menambahkan, "Jabatan Kepala Staf Angkatan Laut, Darat, dan Udara tetap dipertahankan."
Rapat petinggi YAS itu berlangsung setelah pemerintah memerintahkan menyeret 149 jenderal dan laksamana ke meja hijau karena diduga terlibat dalam makar gagal. Secara tradisi, pertemuan tersebut dilangsungkan di markas besar militer. Namun, kali ini tidak. Mereka membahas masalah genting itu di Istana Cankaya, Ankara, tempat perdana menteri berkantor.
Bahkan selama pertemuan, koran Turki Hurriyet melaporkan, tentara berpakaian lengkap yang biasanya berdiri menjaga di depan pintu digantikan oleh orang-orang berpakaian sipil.
"Hanya beberapa jam sebelum pertemuan YAS, dua jenderal Turki menyerahkan surat pengunduran diri sebagai bentuk protes atas pemecatan berkelanjutan terhadap sejumlah perwira militer terkait dengan kudeta gagal," tulis Al Jazeera.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN