TEMPO.CO, Jakarta - Laju rupiah cenderung sideways pada perdagangan kemarin, 23 Agustus 2016, seiring masih minimnya sentimen positif. Sideways adalah kondisi di mana pasar sedang datar dan terdapat keraguan dalam pasar.
Kemarin rupiah ditutup pada level 13.216 per dolar Amerika Serikat, turun 19 poin atau 8,79 persen dari penutupan sebelumnya di angka 13.197 per dolar Amerika.
Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada mengatakan saat ini pelaku pasar makin pesimistis terkait dengan realisasi amnesti pajak hingga akhir Agustus 2016. Ini membuat laju rupiah masih bergerak tertekan pada pekan ini.
"Sedangkan dari dalam negeri masih minim sentimen, sehingga laju rupiah pun tidak banyak mengalami perubahan dari sebelumnya, meskipun laju dolar Amerika sempat melemah tipis," ujar Reza dalam pesan tertulisnya, Rabu, 24 Agustus 2016.
Reza memperkirakan, pada perdagangan Rabu ini, rupiah dalam rentang support 13.232 dan resisten 13.207. "Cermati sentimen yang ada yang mampu mempengaruhi laju rupiah," ucapnya.
Dari sentimen global, pelaku pasar juga masih wait and see menjelang pertemuan The Fed, sehingga diperkirakan laju rupiah masih akan cenderung variatif flat.
Laju dolar Amerika sempat tergelincir terimbas aksi ambil untung setelah menguat signifikan pada perdagangan dalam beberapa hari terakhir. Laju dolar Amerika terlihat melemah 0,2-0,6 persen terhadap mata uang lain, seperti euro, pound sterling, dolar Australia, dan dolar New Zealand.
Pelaku pasar terlihat masih menunggu pidato gubernur bank sentral Amerika (The Fed), Janet Yellen, yang akan digelar pada akhir pekan ini sekaligus menunggu rilis produk domestik bruto Amerika pada kuartal kedua.
DESTRIANITA