TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana tugas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan saat ini efisiensi di sektor minyak dan gas mutlak diperlukan. "Saat ini saya akan mengatasi beberapa masalah, seperti banyaknya peraturan yang dirasa mempersulit,” ucap Luhut, seperti dikutip dari pidato sambutannya pada Penganugerahan Penghargaan Keselamatan Migas di Nusa Dua, Bali, Rabu, 24 Agustus 2016.
Karena itu, Luhut akan mendorong efisiensi, salah satunya dengan mengeluarkan sejumlah keputusan menteri jika dirasa perlu. “Kalau bisa diatasi hanya dengan kepmen (keputusan menteri), saya akan tanda tangani, selama itu untuk efisiensi," ujarnya.
Ia menuturkan Kementerian Energi membutuhkan kerja tim yang solid. Menteri Koordinator Kemaritiman itu juga meminta para pelaku sektor ini menjauhi politik. "Bekerjalah sesuai dengan bidang kerja Anda. Saya ingatkan saudara, tugas pokok kita adalah menjadikan organisasi ini menjadi organisasi yang efisien dan efektif," kata Luhut.
Luhut kemarin hadir dalam acara Penganugerahan Penghargaan Keselamatan Migas di Nusa Dua, Bali. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi terhadap sejumlah perusahaan migas yang berhasil menjamin keselamatan kerja dan usaha migasnya.
PT Pertamina (Persero) menyabet delapan dari sebelas penghargaan dalam acara itu. Walau begitu, Luhut tetap meminta Pertamina bekerja lebih efisien dalam menggunakan produk dalam negeri.
Pasalnya, hingga kini, tercatat perusahaan pelat merah itu belum optimal dalam mendongkrak penggunaan komponen dalam negeri. “Lebih baik lagi kalau di hulu menggunakan pipa buatan dalam negeri. Kini saya ada di sini (Kementerian Energi), jadi akan saya awasi," ucapnya.
Pertamina mencatatkan peningkatan positif dengan adanya pengurangan utang jangka pendeknya yang kini hanya tinggal US$ 0,44 miliar. Padahal pada 2014, utangnya mencapai hampir US$ 5 miliar. Arus kasnya pun meningkat dari US$ 3,1 miliar menjadi US$ 5,4 miliar.
Luhut berujar, kelemahan sektor energi dan sumber daya mineral Indonesia sekarang adalah inefisiensi dan terlalu mengandalkan barang impor. Salah satu yang masih bisa diefisiensikan, tutur dia, adalah berhenti menggunakan pipa impor dan menggantinya dengan pipa buatan Indonesia.
EGI ADYATAMA