TEMPO.CO, Jakarta - Setelah enam belas tahun, Sersan Mayor Tugino memakai kembali seragam militernya. Yakni ketika dia dikirim ke Pusat Rehabilitasi Kementerian Pertahanan. Di sana, para prajurit yang terluka dirawat dan direhabilitasi.
Sejak tahun 2000, Tugino masuk di Unit Intel Komando Distrik Militer (Kodim) 1701 Jayapura, Papua. Karena tugasnya sebagai intel, dia tak pernah memakai pakaian tentara, melainkan baju biasa. "Bulan Juli baru memakai seragam lagi," kata Tugino di Pusat Rehabilitasi Kemenhan, Bintaro, Jakarta Selatan, Rabu, 24 Agustus 2016.
Tugino adalah salah satu murid di pusat rehabilitasi khusus prajurit Tentara Nasional Indonesia dan pegawai negeri sipil Kementerian Pertahanan. Mereka direhabilitasi karena sakit, kecelakaan, atau terluka akibat perang. Tugino mengalami luka-luka saat berkontak senjata dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di perbatasan Indonesia-Papua Nugini, 2014 silam.
Pria asal Cilacap, Jawa Tengah ini memulai karirnya di satuan tempur Jayapura, 1986. Dia dipindahkan ke komando teritorial Kodim Jayapura pada 1999. Dia bertugas di perbatasan Indonesia - Papua New Guinea sejak 2012."Akhirnya kontak senjata pada April 2014," ujar dia.
Saat kontak senjata itu, Tugino tak bisa menghindari serangan jarak jauh anggota OPM. Dia pun mendapatkan banyak luka. Seperti pada mata, dan dada, serta luka di kepala bagian kanan karena terserempet proyektil peluru. Seorang lagi yang terluka waktu itu adalah Kepala Polres Jayapura, Ajun Komisaris Besar Alfred Papare.
Baca Juga:
Tugino dibawa ke rumah sakit dan dirujuk ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto di Jakarta Pusat selama empat bulan. Setelah menjalani operasi berkali-kali, dia diantar ke Pusat Rehabilitasi Kemenhan. "Saya baru satu bulan di sini," ucap pria 50 tahun ini.
Tugino tinggal di mes bersama murid rehabilitasi lainnya. Sehari-hari dia mengikuti pelatihan di tempat itu. "Di samping perawatan kesehatan, kami juga diberi keterampilan untuk masa depan," ujarnya. Dia memilih pendidikan menjahit. "Sudah bikin tas, bikin baju."
Tugino tak banyak berharap bisa kembali bertugas karena masa dinasnya tinggal 3 tahun. Namun, dia menuruti keputusan dari pimpinannya seandainya diminta bertugas. Selama dirawat di Pusat Rehabilitasi, Tugino tetap membiayai anak dan istrinya dari gaji dan penghasilannya sebagai tentara.
Jika Tugino menanti masa pensiunnya, Sersan Dua Y. Prasetyo justru baru menapaki karirnya sebagai tentara. Pemuda 24 tahun itu mesti mengikuti masa pemulihan akibat cedera otot yang menimpanya dua tahun lalu. Saat itu, dia latihan untuk acara lomba peleton tangkas di Batalyon Arhanudse 15, Semarang. Seperti Tugino, Prasetyo juga pernah dirawat di RSPAD Gatot Subroto, yakni selama satu tahun.
Di pusat rehabilitasi, Prasetyo juga mengikuti pelatihan menjahit. Sampai sekarang, dia masih memakai tongkat. Dia mengungkapkan keinginannya kembali bertugas sebagai anggota militer. "Kalau bisa di bagian staf," kata pria asal Surabaya itu. Dia mau ditempatkan di daerah mana saja.
Cita-cita Prasetyo adalah tentara. Sebelum lulus di tes bintara pada 2012, dia pernah tujuh kali mendaftar sebagai tamtama. "Tapi tidak lolos," ucapnya sambil tertawa.
Di Pusat Rehabilitasi itu ada juga Kopral Kepala Kabul Setia Budi, 50 tahun. Sebulan lalu, Kabul masih bertugas di Kodim 1207 Pontianak. Namun saat ini dia terpaksa memakai kursi roda. "Waktu pulang piket saya kecelakaan, kena gas tronton," ujarnya. Dia masih menjalani pengobatan di Rumah Sakit dr. Suyoto, satu komplek dengan pusat rehabilitasi.
Kepala Rumah Sakit dr. Suyoto, Kolonel dokter Budi Satriyo Utomo, mengatakan Pusat Rehabilitasi Kemenhan adalah rujukan tertinggi bagi prajurit yang mengalami disabilitas. "Rehabilitasi tidak hanya fisik, tapi mental harus dibangun," kata dia. Pusrehab, singkatan Pusat Rehabilitasi Kemenhan, menyelenggarakan program rehabilitasi bagi 150 peserta per tahun. Pusrehab juga menyediakan kaki palsu, mata palsu, kursi roda, atau tongkat bagi mereka.
Kini, ada sekitar 60 murid yang tinggal di Pusrehab. Mereka mengikuti program rehabilitasi tingkat dasar selama 4,5 bulan. Ada juga rehabilitasi terpadu tingkat mahir.
Budi mengatakan ada satu dewan yang mengevaluasi tingkat pemulihan prajurit. "Apakah prajurit itu bisa return to duty, dikembalikan ke satuan tetapi menjadi staf, atau mereka harus melaksanakan purnabakti (pensiun)," ujarnya. Tapi sebelum pensiun, mereka dibekali keterampilan.
Pusrehab menyediakan 16 jurusan pelatihan. Di antaranya adalah otomotif, musik, elektronika, operator komputer, fotografi, konveksi, pertanian, dan pertukangan. "Mereka diberi pembelajaran supaya bisa mandiri, produktif, dan bisa berwirausaha."
Tugino, Prasetyo, Kabul, dan puluhan prajurit di Pusrehab memakai seragamnya ketika Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu berkunjung, Rabu, 24 Agustus. Mereka merayakan ulang tahun Pusrehab yang ke-48. RS dr. Suyoto juga baru saja mendapatkan predikat lulus dengan tingkat Paripurna.
Ryamizard menyempatkan berbincang dengan para prajurit. "Saya lihat kalian bukan orang yang patah semangat," kata Ryamizard. Dia juga berkeliling melihat karya-karya murid Pusrehab yang dipamerkan hari itu.
Ryamizard bercerita, dia juga pernah mengalami cedera ketika bermain terjun payung. Dia dua kali menjalani operasi. "Jadi tetap semangat ya?" Ujarnya menghibur para prajurit. "Siap!" Kata mereka, lantang.
REZKI ALVIONITASARI