TEMPO.CO, Surabaya - Atlet panahan Indonesia, Riau Ega Agatha, 24 tahun, membuat kejutan dalam Olimpiade Rio de Janeiro yang berakhir pekan lalu. Ia menumbangkan juara dunia sekaligus pemanah Korea Selatan, Kim Woo-jin, pada babak 32 besar.
Sayang, kiprah Riau dihentikan pemanah Italia, Mauro Nespoli, pada babak 16 besar dengan skor 0-6. Menurut atlet kelahiran Blitar itu, faktor cuaca dan mental bertanding menjadi penyebab kegagalannya meraih medali.
"Waktu itu gerimis dan anginnya kencang," kata Riau saat ditemui di Lapangan KONI, Surabaya, Rabu, 24 Agustus 2016. Kondisi cuaca tersebut membuat badan Riau menggigil.
Selain cuaca, Riau mengaku mental bertandingnya kurang siap. Dengan kondisi itu, rasa grogi justru yang membekapnya saat berada di lapangan. "Tapi saya tetap memberikan kemampuan terbaik untuk Olimpiade ini," ia berujar.
Faktor adaptasi cuaca dan mental, menurut Riau, harus diatasi oleh dirinya jika ingin meraih hasil maksimal dalam kejuaraan internasional. Salah satu caranya ialah memperbanyak kesempatan bertanding dalam kompetisi internasional. "Mudah-mudahan bisa maksimal di kesempatan berikutnya," tutur sulung dari lima bersaudara ini.
Pelatih panahan Indonesia, Denny Trisyanto, mengaku kecolongan saat Riau dikalahkan Mauro pada babak 16 besar. Menurut dia, selama ini pelatih tidak memperhitungkan faktor cuaca sebagai salah satu penentu hasil pertandingan.
Kata Denny, pemanah Indonesia, termasuk Riau, belum pernah bermain dalam cuaca hujan dan dingin sekaligus. Atlet panahan selalu berlatih dalam kondisi iklim tropis. "Ini jadi evaluasi besar kami," ucapnya.
EDWIN FAJERIAL