TEMPO.CO, Pekanbaru - Kabut asap sisa kebakaran hutan dan lahan di Riau mulai mengganggu aktivitas masyarakat di dua kabupaten. Sebanyak 300 kepala keluarga di Rokan Hulu dan Rokan Hilir terpaksa mengungsi akibat paparan asap cukup tebal.
"Asap cukup tebal akibat kegiatan pemadaman," kata Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Riau Ajun Komisaris Besar Guntur Aryo Tejo, Sabtu malam, 27 Agustus 2016.
Menurut Guntur, kebakaran lahan sudah terjadi sejak lima hari lalu, Senin, 22 Agustus 2016. Akibat kegiatan pemadaman dan pendinginan lahan gambut yang terbakar, kabut asap sisa kebakaran lahan tertiup angin sehingga mengganggu aktivitas masyarakat, terutama warga yang berada di Desa Kecamatan Bonai Darusalam, Rokan Hulu, tepatnya keluarga karyawan PT Andika di divisi 3, 4, dan 5 Rayon 3.
Kabut asap juga mengganggu masyarakat daerah perbatasan di Rokan Hilir, tepatnya Desa Siarang arang, Kecamatan Pujud.
Guntur menjelaskan kebakaran lahan marak terjadi pada tiga perbatasan daerah, yakni Kecamatan Bonai Darusalam, Rokan Hulu, Kecamatan Tanah Putih, Bengkalis, dan Desa Petani, Duri, Kabupaten Bengkalis. "Personel yang melakukan pemadaman kini juga membantu proses evakuasi," ucap Guntur.
Guntur menambahkan, masyarakat korban kabut asap sementara diungsikan di lapangan Dusun Jurong, pinggir Sungai Rokan, Desa Bonai. Sedangkan sebagian masyarakat lebih memilih mengungsi ke rumah kerabatnya di Kota Duri. "Sebagian sudah berangkat ke rumah saudaranya," kata Guntur.
Sepekan terakhir, kebakaran hutan dan lahan kembali marak terjadi di sejumlah wilayah Riau. Beberapa daerah mulai terpapar asap. Jarak pandang di Dumai menurun mencapai 1.500 meter. Sedangkan di Mandau jarak pandang terbatas hingga 800 meter akibat tertutup asap.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika stasiun Pekanbaru menyebutkan sebaran asap sudah mulai sampai ke negara tetangga Malaysia dan Singapura. Dominasi angin yang berembus menuju arah timur meningkatkan potensi sebaran asap mengarah kedua negara jiran itu.
"Perlu diwaspadai Sumatera bagian barat yang terindikasi memiliki potensi sangat mudah untuk terjadi kebakaran hutan dan lahan," kata Sugarin, Kepala BMKG stasiun Pekanbaru.
RIYAN NOFITRA